Sabtu, 24 Maret 2012

Pengukuran Kerja


PENGUKURAN KERJA

Pengukuran kerja adalah suatu aktivitas untuk menentukan waktu yang dibutuhkan oleh seorang operator yang memiliki skill rata-rata dan terlatih baik dalam melaksanakan sebuah kegiatan kerja dalam kondisi dan tempo kerja yang normal. Tujuan pokok dari aktivitas ini, berkaitan erat dengan usaha menetapkan waktu standar. Secara historis  dijumpai dua macam pendekatan didalam menentukan waktu standar ini,yaitu pendekatan dari bawah ke atas (bottom-up) dan pendekatan dari atas ke bawah (top-down).

Pendekatan bottom-up dimulai dengan mengukur waktu dasar (basic time) dari suatu elemen kerja, kemudian menyesuaikannya dengan tempo kerja (rating performance) dan menambahkannya dengan kelonggaran-kelonggaran waktu (allowances time) seperti halnya kelonggaran waktu untuk melepas lelah, kebutuhan personal, dan antisipasi terhadap delays. Pendekatan dari atas kebawah (top-down) banyak digunakan dalam berbagai kontrak dengan para pekerja, dimana waktu standar adalah waktu yang dibutuhkan oleh seorang pekerja dengan kualifikasi tertentu untuk melakukan suatu pekerjaan yang bekerja dalam kondisi biasa, digunakan untuk menentukan besarnya jumlah insentif yang harus dibayar pada pekerja diatas upah dasarnya. Apapun definisi yang digunakan, pendekatan yang dipakai untuk menghitung waktu standar biasanya adalah pendekatan bottom-up. Untuk menjelaskan prosedur penentuan waktu standar dengan pendekatan bottom-up maka terlebih dulu perlu dipahami beberapa definisi sebagai berikut:

  • Waktu normal (normal time), yaitu waktu rata-rata yang dibutuhkan operator terlatih untuk melakukan suatu pekerjaan dalam kondisi kerja biasa dan bekerja dalam kecepatan normal, dalam hal ini tidak termasuk waktu longgar untuk kebutuhan pribadi dan waktu tunggu yang mungkin akan sangat penting jika pekerjaan tersebut dilakukan selama 8 jam

  • Kecepatan normal (normal pace), yaitu rata-rata kecepatan operator yang terlatih dan bekerja secara bersungguh-sungguh untuk melakukan pekerjaan selama 8 jam dalam satu hari.

  • Waktu aktual (actual time), yaitu waktu yang dibutuhkan oleh seorang pekerja untuk melakukan suatu pekerjaan yang didapatkan secara langsung dari hasil pengamatan.

  • Kelonggaran (allowance time), yaitu sejumlah waktu yang ditambahkan dalam waktu normal untuk memenuhi kebutuhan pribadi, waktu-waktu tunggu yang tak dapat dihindari, dan kelelahan.

Penelitian dan analisa kerja pada dasarnya akan memusatkan perhatiannya pada bagaimana suatu kegiatan akan bisa diselesaikan secara efisien. Disini suatu kegiatan akan diselesaikan secara efisien apabila waktu penyelesaiannya berlangsung paling singkat. Untuk menghitung waktu standar penyelesaian suatu kegiatan, maka diperlukan aktivitas pengukuran kerja (work measurement atau time study). Pengukuran waktu kerja akan menghasilkan waktu atau output standard yang mana hal tersebut kemudian bermanfaat untuk :
·      Man power planning
·      Estimasi biaya-biaya untuk upah pekerja
·      Penjadwalan produksi dan penganggaran
·      Perencanaan sistem pemberian bonus dan insentif bagi pekerja yang berprestasi.
·      Indikasi output yang mampu dihasilkan oleh seorang pekerja.

Waktu standar secara definitif dinyatakan sebagai waktu yang dibutuhkan oleh seorang pekerja yang memiliki tingkat kemampuan rata-rata untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Waktu standar tersebut sudah mencakup kelonggaran waktu yang diberikan dengan memperhatikan situasi dan kondisi yang harus diselesaikan.
Ada beberapa macam cara untuk mengukur dan menetapkan waktu standar. Dalam beberapa kasus seringkali industri hanya sekedar membuat estimasi waktu dengan berdasar pengalaman historis. Umumnya penetapan waktu standar dilaksanakan dengan cara pengukuran kerja seperti :
·      Stopwatch time study
·      Work sampling
·      Standard data
·      Predetermined motion time system

Stopwatch time study dan work sampling adalah cara pengukuran kerja secara langsung. Keduanya umum diaplikasikan guna menetapkan wktu standar ataupun mengukur kondisi kerja yang tidak produktif.

Pengukuran kerja dengan menggunakan direct stop-watch time study

Dalam konteks pengukuran kerja, metoda direct stop-watch time study merupakan teknik pengukuran kerja dengan menggunakn stop-watch sebagi alat pengukur waktu yang ditunjukkan dalam penyelesaian suatu aktifitas yang diamati (actual time). Waktu yang berhasil diukur dan dicatat kemudian kemudian dimodifikasikan dengan mempertimbangkan tempo kerja operator dan menambahkannya dengan allowances.
Untuk kelancaran kegiatan pengukura dan analisis nantinya, maka selain stop-watch sebagai timing device diperlukan time study form untuk mencatat data waktu yang diukur tersebut. Selain mencatat waktu juga harus mencatat segala informasi yang berkaitan dengan aktifitas yang diukur tersebut seperti sketsa gambar layout area kerja, kondisi kerja (kecepatan kerja mesin, gambar produk, nama operator, dan lain-lain) dan deskripsi yang berkaitan dengan elemental breakdown. Pengukuran dan pencatatan biasanya menggunakan metode kontinyu (stopwatch tidak perlu dihentikan setiap kali elemen atau siklus kerja selesai diukur). Kegiatan kerja yang akan diukur terlebih dulu harus dibagi-bagi ke dalam elemen-elemen keerja secara detail. Dengan mengamati kegiatan yang akan diukur, kemudian pengukuran waktu yang dibutuhkan untuk menyelesikan setiap elemen kerja tersebut diukur dan dicatat. Waktu yang terbaca dari stopwatch (yang bergerak secara kontinyu) kemudian dicatat dalam kolom ”record”(R). Untuk setiap elemen kerja dari setiap siklus kerja yang dicatat tersebut maka dilaksanakan kalkulasi pada saat akhir studi. Waktu yang sebenarnya untuk setiap elemen kerja ini kemudian dicatat dalam kolom ”Time”(T). Berikut contoh dari sebuah pengukuran waktu kerja dengan mengambil 4 siklus kegiatan kerja yang terbagi dalam 3 elemen kegiatan :

NOMOR
ELEMEN
KEGIATAN
SIKLUS PENGAMATAN (DALAM MENIT)
1
2
3
4
R
T
R
T
R
T
R
T

1

2

3



5

10

12

5

5

2

18

22

23

6

4

1

27

32

35

4

5

3

40

45

47

5

5

2

Langkah berikutnya adalah membuat waktu rata-rata untuk setiap elemen kerja. Kadang-kadang performans rating dilaksanakan untuk setiap elemen kerja tersebut, tetapi dalam kasus contoh soal berikut ini diasumsikan bahwa performans rating dilaksanakan untuk seluruh kegiatan yang berlangsung (tidak setiap elemen kerjanya). Seandainya performans rating untuk seluruh kegiatan ini adalah 115% dan total allowances adalah 12%, maka waktu standar untuk contohdiatas dapat dihitung sebagai berikut:

Nomor Elemen                        Waktu Rata-rata
                1                         (5+6+4+5):4   =   5,00 menit
                2                         (5+4+5+5):4   =   4,75 menit
                3                         (2+1+3+2):4   =   2,00 menit
                                                                                   
Total Actual Time  =  11,75 menit         

Waktu Normal          = Total waktu x performans rating (%)       
                               = 11,75 x 115% = 13,5125 menit
Waktu standard        = Waktu normal + (% allowances x waktu normal)
                               = 13,5125 menit + (12% x 13,5125 menit)
                               = 15,134 menit = 0,2522 jam

Output sandar = = =

Validitas hasil penetapan waktu ataupun output standar pada dasarnya akan sangat tergantung pada hasil (data) waktu pengamatan atau pengukuran yang diperoleh. Disini tentu saja tingkat ketelitian data yang diperoleh akan mempengaruhi hasil penetapan standar-standar tersebut. Sebelum mengggunakan data waktu pengamatan yang umumnya diperoleh melalui beberapa kali siklus pengukuran seharusnya terlebih dulu dilakukan pengujian untuk melihat apakah jumlah pengamatan/pengukuran yang telah dilaksanakan tersebut telah menghasilkan data yang cukup teliti ayau tidak.

Dengan menggunakan teori statistik tentangsampling data diperoleh formulasi untuk mengetahui berapa jumlah pengamatan/pengukuran yang sebaiknya digunakan yaitu sebagai berikut:
                                                                                    

Dimana :
       t    =  waktu pengamatan dari setiap elemen kerja untuk masing-masing siklus yang diukur.
       k   =  angka deviasi standar untuk yang besarnya tergantung pada tingkat keyakinan (confidence level) yang diambil, dimana:
                 - 90% confidence level : k = 1.65
                 - 95% confidence level : k = 2.00
                 - 99% confidence level : k = 3.00
       S   =  derajat ketelitian dari data t yang dikehendaki, yang menunjukkan maksimum prosentase penyimpangan yang bisa diterima dari nilai t yang sebenarnya. Nilai k/s dikenal sebagai ”Confidence-Precision Ratio” dari time study yang dilaksanakan.
       n   =   jumlah siklus pengamatan/pengukuran awal yang telah dilakukan untuk elemen kegiatan tertentu yang dipilih.
       N  =   jumlah siklus pengamatan/pengukuran yang seharusnya dilaksanakan agar dapat diperoleh prosentase kesalahan minimum dalam mengestimasikan t.

Dari contoh yang telah diberikan, maka untuk elemen kegiatan 1 yang pengamatan telah dilaksanakan sebanyak 4 siklus pengamatan diperoleh data sebagai berikut:
          t        = 5,6,4 dan 5
dimana         ∑ t     = 5+6+4+5        = 20
                   t   = ++ + = 102

Bilamana confidence level dikehendaki 95% dan dipakai ketelitian (∑)= 5%, makajumlah pengamatan yang seharusnya dilaksanakan adalah sebesar :





N = 32 pengamatan

Dari hasil ini diperoleh kesimpulan bahwa jumlah pengamatan yang seharusnya dilaksanakan adalah sebesar 32 siklus pengamatan;padahal pengamatan yang telah dilakukan hanya sebesar 4 kali saja. Agar hasil yang diperoleh bisa sesuai dengan tingkat ketelitian dan keyakinan yang dikehendaki, maka sudah selayaknya dilakukan penambahan jumlah siklus pengamatan/pengukuran seperti yang diharuskan.


Pengukuran Kerja dengan Metode Work Sampling


Work sampling adalah suatu aktifitas pengukuran kerja untuk mengestimasikan proporsi waktu yang hilang (idle/delay) selama siklus kerja berlangsung atau untuk melihat proporsi kegiatan tidak produktif yang terjadi (ratio delay study). Pengamatan dilaksanakan secara random selama siklus kerja berlangsung untuk beberapa saat tertentu. Sebagai contoh aktivitas ini sering kali ddiaplikasikan guna mengestimasikan jumlah waktu yang diperlukan atau harus dialokasikan guna memberi kelonggaran waktu (allowances) untuk personal needs, melepas lelah ataupun unavoidable delays.
Pengamatan dilakukan dengan menggunakan metoda sampling sepanjang hari kerja selama beberapa periode waktu kerja. Pengamatan dilaksanakan secara random (untuk ini aplikasi dari tabelangka random bisa dikerjakan) dan hasil pengamatan dicatat untuk dievaluasi kemudian. Berikut sampel dari angka random yang bisa diperoleh dari tabel angka random dapat ditunjukkan guna menetapkan waktu kapan sebuah pengamatan harus dilakukan:

       Random Number                           Interpretasi
                 915                                      09.15 pagi
                 725                                      07.25 pagi
                 047                                     12.47 siang
                 168                                     14.08 siang

Setiap kali angka random berhasil diambil dan diinterpretasikan dengan waktu yang sesuai, maka pengamatan bisa segera dilaksanakan berdasarkan waktu-waktu random tersebut. Pengamatan hanya dilakukan dengan memperhatikan apakah ada aktivitas (kegiatan produktif) atau tidak ada aktifitas (delay idle/kegiatan tidak produktif). Prosentase waktu idle/delay (p) dapat dihitung sebagai berikut:

                     
Prosentase delay/idle =                       Jumlah pengamatan yang menunjukkan kondisi idle/delay


Total pengamatan yang dilakukan

Disini ketelitian data yang diperoleh akan sangat tergantung pada banyaknya pengamatan yang dilakukan. Semakin besar jumlah pengamatan yang dilakukan maka akan semakin teliti hasil yang diperoleh.
Untuk menentukan jumlah pengamatan yang seharusnya dilaksanakan dalam metode sampling kerja maka hal ini agak berbeda formulasinya dengan perhitungan untuk metode Stopwatch Time Study, dimana data pengamatan diperoleh dari kegiiatan kerja yang siklusnya berlangsung secara berulang-ulang (repetitive works); maka dalam metode work sampling data pengamatan diperoleh dari kegiatan kerja yang siklusnya berlangsung secara acak (random). Untuk ini berlaku hukum probabilitas, dimana data pengamatan akan mengikuti distribusi binominal dan jumlah pengamatan yang seharusnya dilakukan dapat ditentukan berdasarkan formulasi sebagai berikut:

 N =

                                                                         
dimana  :
p = estimasi awal dari prosentase idle/delay dari pengamatan yang dilakukan

contoh  :   bilamana p = 0,25 confidence level 95% dan derajat ketelitian (s)               ditetapkan 5% maka jumlah pengamatan yang seharusnya dilaksanakan adalah:

                
                
                
                 








N = 4800 pengamatan


Pengukuran Kerja dengan Cara Tidak Langsung (Indirect Time Study)


Pengukuran kerja dengan Stop-watch Time Study dan Sampling kerja, keduanya merupakan kegiatan pengukuran secara langsung. Pengertian “langsung” dalam hal ini dimaksudkan bahwa kegiatan pengamatan/pengukuran untuk memperoleh data pengamatan (waktu atau prosentasi idle) haruslah dilaksanakan secara langsung di tempat kegiatan yang ingin diukur dilaksanakan. Di lain pihak dikenal pula adanya pengukuran kerja secara tidak langsung seperti Time Study Stsndard Data dan Predeterminal Time System.
Seringkali elemen-elemen kerja dari suatu aktifitas berulangkali dilaksanakan atau dijumpai dalam suatu kegiatan produksi. Dalam kasus ini tidak perlu dilakukan time study secara detail untuk setiap aktifitas yang harus dilaksanakan; melainkan cukup dilakukan time study secara detail sekali dan kemudian data mengenai elemen-elemen aktifitas tersebut dicatat, dihitung, dan disimpan dalam sebuah standard data file. Kemudian di lain kesempatan bila mana dijumpai suatu kegiatan lain tetapi memiliki unsur-unsur elemen aktifitas yang sama dengan yang di standardkan tersebut maka kita tinggal mengambil dan mengaplikasikannya langsung dari data yang dimiliki.
Time study standard data, bisa dikatakan sebagai nilai waktu normal yang tidak didapatkan dari perhitungan waktu secara langsung, melainkan dari perhitungan waktu langsung dari elemen yang bersangkutan yang telah dilakukan sebelumnya.
Kegunaan dari aplikasi standard data jelas banyak sekali. Meskipun demikian harus dipahami bahwasannya standard data tidak selalu bisa diaplikasikan terutama sekali bila dijumpai adanya elemen-elemen kerja yang belum pernah diamati ataupun diukur waktunya. Untuk ini perlu dilakukan pengukuran untuk elemen-elemen kerjayang belum ada data waktu standardnya tersebut dengan menggunakan prosedur umum.
Keuntungan pokok dari pemakain standard data antara lain sebagai berikut:
·      Pelaksanaan time study akan bisa lebih cepat dan murah.
·      Konsistensi dari hasil yang diperoleh bisa tetap dijaga untuk setiap aktifitas time study. Demikian juga kemungkinan terjadi error pada studi bisa dikurangi.
·      Tidak diperlukan time study analyst yang terlalu trampil didalam penentuan waktu standard.
·      Mengurangi kericuhan yang mungkin terjadi di lapangan seperti halnya  yang biasa dijumpai setiap kali aktivitas time study di selenggarakan.

Kerugian utamanya adalah proses perhimpunan standard data yang harus dilaksanakan secara intensif pada aktifitas study sebelumnya yang mana dalam hal ini akan memerlukan biaya yang tidak sedikit.
Bilamana suatu pekerjaan atau kegiatan bisa dipecah dan dibagi dalam elemen-elemen kegiatan yang kecil-kecil (dalam hal ini disimpulkan bahwa elemen kegiatan terkecil adalah berbentuk elemen gerakan kerja),maka sampai pada suatu titik tertentu kita akan menjumpai bahwa suatu kegiatan akan bisa disintesiskan dari elemen-elemen gerakan tersebut. Dengan mengukur waktu dari setiap elemen-elemen gerakan atau elemen-elemen kerja terkecil tersebut maka waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu kegiatan bisa ditentukan dengan cara mensintesiskan waktu-waktu elemen gerakan yang sesuai. Pendekatan ini dikenal dengan Predetermined Time System.
Predetermined Time System pada prinsipnya hampir sama dengan dengan standard data dimana dalam hal ini nilai-nilai waktu diperoleh dari tabel yang tercatat sebelumnya. Kedua kegiatan ini diklasifikasikan sebagai pengukuran waktu kerja secara tidak langsung. Ada dua macam aktifitas Predetermined Time System yang dikenal luas aplikasinya yaitu faktor-faktor kerja (work factor) dan methods time measurement (MTM). Disini nilai-nilai waktu dari berbagai macam elemen kerja dicari dari berbagai macam cara. Cara yang umum diaplikasikan dalam hal ini adalah dengan menggunakan movie camera yang mencatat gerakan-gerakan kerja secara detail dan mikro (mikromotion analysis). Pendekatan lainnya adalah dengan menggunakan  electronic timing devices.


Referensi :
Wignjosoebroto, Sritomo. Pengantar Teknik & Manajemen Industri. Surabaya : Penerbit Guna Widya, 2003
Turner, Wayne C, dkk. Pengantar Teknik & Sistem Industri. Surabaya : Penerbit Guna Widya,2000

4 komentar:

degan mengatakan...

thanks bro
... cukup membantu

Unknown mengatakan...

Maaf bang... Bisa kasih tahu tidak yah cara efektif mengamati total waktu aktifitas dan cara menghitung Alowancenya

Teknik Pneumatik Basic. mengatakan...

maaf mas itu dapat 102
yang Dari contoh yang telah diberikan, maka untuk elemen kegiatan 1 yang pengamatan telah dilaksanakan sebanyak 4 siklus pengamatan diperoleh data sebagai berikut:
t = 5,6,4 dan 5
dimana ∑ t = 5+6+4+5 = 20
t = ++ + = 102,yang ini mas dapat nya dari mana???
sama dapat 32 percobaan itu dapat nya dari mana mas
harap di blas.

terima kasih

Unknown mengatakan...

t = ++ + = 102,yang ini mas dapat nya dari mana???
Di kuadrat kan satu persatu lalu di tambahkan 😊

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Web Hosting Bluehost