PENGUKURAN KERJA
Pengukuran kerja adalah suatu aktivitas untuk menentukan waktu yang dibutuhkan oleh
seorang operator yang memiliki skill rata-rata dan terlatih baik dalam
melaksanakan sebuah kegiatan kerja dalam kondisi dan tempo kerja yang normal. Tujuan pokok dari aktivitas ini, berkaitan erat
dengan usaha menetapkan waktu standar. Secara historis dijumpai dua macam pendekatan didalam
menentukan waktu standar ini,yaitu pendekatan dari bawah ke atas (bottom-up) dan pendekatan dari atas ke
bawah (top-down).
Pendekatan bottom-up dimulai dengan mengukur waktu
dasar (basic time) dari suatu elemen
kerja, kemudian menyesuaikannya dengan tempo kerja (rating performance) dan menambahkannya dengan
kelonggaran-kelonggaran waktu (allowances
time) seperti halnya kelonggaran waktu untuk melepas lelah, kebutuhan
personal, dan antisipasi terhadap delays.
Pendekatan dari atas kebawah (top-down)
banyak digunakan dalam berbagai kontrak dengan para pekerja, dimana waktu standar
adalah waktu yang dibutuhkan oleh seorang pekerja dengan kualifikasi tertentu
untuk melakukan suatu pekerjaan yang bekerja dalam kondisi biasa, digunakan
untuk menentukan besarnya jumlah insentif yang harus dibayar pada pekerja
diatas upah dasarnya. Apapun definisi yang digunakan, pendekatan yang dipakai
untuk menghitung waktu standar biasanya adalah pendekatan bottom-up. Untuk menjelaskan prosedur penentuan waktu standar
dengan pendekatan bottom-up maka
terlebih dulu perlu dipahami beberapa definisi sebagai berikut:
- Waktu normal (normal time),
yaitu waktu rata-rata yang dibutuhkan operator terlatih untuk melakukan
suatu pekerjaan dalam kondisi kerja biasa dan bekerja dalam kecepatan
normal, dalam hal ini tidak termasuk waktu longgar untuk kebutuhan pribadi
dan waktu tunggu yang mungkin akan sangat penting jika pekerjaan tersebut
dilakukan selama 8 jam
- Kecepatan normal (normal pace),
yaitu rata-rata kecepatan operator yang terlatih dan bekerja secara
bersungguh-sungguh untuk melakukan pekerjaan selama 8 jam dalam satu hari.
- Waktu aktual (actual time),
yaitu waktu yang dibutuhkan oleh seorang pekerja untuk melakukan suatu
pekerjaan yang didapatkan secara langsung dari hasil pengamatan.
- Kelonggaran (allowance time),
yaitu sejumlah waktu yang ditambahkan dalam waktu normal untuk memenuhi
kebutuhan pribadi, waktu-waktu tunggu yang tak dapat dihindari, dan
kelelahan.
Penelitian dan analisa
kerja pada dasarnya akan memusatkan perhatiannya pada bagaimana suatu kegiatan
akan bisa diselesaikan secara efisien. Disini suatu kegiatan akan diselesaikan
secara efisien apabila waktu penyelesaiannya berlangsung paling singkat. Untuk
menghitung waktu standar penyelesaian suatu kegiatan, maka diperlukan aktivitas pengukuran kerja (work measurement atau time study). Pengukuran waktu kerja
akan menghasilkan waktu atau output standard yang mana hal tersebut kemudian
bermanfaat untuk :
· Man power planning
· Estimasi biaya-biaya
untuk upah pekerja
· Penjadwalan produksi
dan penganggaran
· Perencanaan sistem
pemberian bonus dan insentif bagi pekerja yang berprestasi.
· Indikasi output yang
mampu dihasilkan oleh seorang pekerja.
Waktu standar secara
definitif dinyatakan sebagai waktu yang dibutuhkan oleh seorang pekerja yang
memiliki tingkat kemampuan rata-rata untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Waktu
standar tersebut sudah mencakup kelonggaran waktu yang diberikan dengan
memperhatikan situasi dan kondisi yang harus diselesaikan.
Ada beberapa macam
cara untuk mengukur dan menetapkan waktu standar. Dalam beberapa kasus
seringkali industri hanya sekedar membuat estimasi waktu dengan berdasar
pengalaman historis. Umumnya penetapan waktu standar dilaksanakan dengan cara
pengukuran kerja seperti :
· Stopwatch time study
· Work sampling
· Standard data
· Predetermined motion time system
Stopwatch time study dan work sampling adalah cara
pengukuran kerja secara langsung. Keduanya umum diaplikasikan guna menetapkan wktu
standar ataupun mengukur kondisi kerja yang tidak produktif.
Pengukuran
kerja dengan menggunakan direct stop-watch time study
Dalam konteks pengukuran kerja, metoda direct
stop-watch time study merupakan teknik pengukuran kerja dengan menggunakn
stop-watch sebagi alat pengukur waktu yang ditunjukkan dalam penyelesaian suatu
aktifitas yang diamati (actual time).
Waktu yang berhasil diukur dan dicatat kemudian kemudian dimodifikasikan dengan
mempertimbangkan tempo kerja operator dan menambahkannya dengan allowances.
Untuk kelancaran kegiatan pengukura dan analisis
nantinya, maka selain stop-watch sebagai timing
device diperlukan time study form
untuk mencatat data waktu yang diukur tersebut. Selain mencatat waktu juga
harus mencatat segala informasi yang berkaitan dengan aktifitas yang diukur
tersebut seperti sketsa gambar layout area kerja, kondisi kerja (kecepatan
kerja mesin, gambar produk, nama operator, dan lain-lain) dan deskripsi yang
berkaitan dengan elemental breakdown.
Pengukuran dan pencatatan biasanya
menggunakan metode kontinyu (stopwatch tidak perlu dihentikan setiap kali
elemen atau siklus kerja selesai diukur). Kegiatan kerja yang akan diukur terlebih dulu harus
dibagi-bagi ke dalam elemen-elemen keerja secara detail. Dengan mengamati
kegiatan yang akan diukur, kemudian pengukuran waktu yang dibutuhkan untuk
menyelesikan setiap elemen kerja tersebut diukur dan dicatat. Waktu yang
terbaca dari stopwatch (yang bergerak secara kontinyu) kemudian dicatat dalam
kolom ”record”(R). Untuk setiap elemen kerja dari setiap siklus kerja yang
dicatat tersebut maka dilaksanakan kalkulasi pada saat akhir studi. Waktu yang
sebenarnya untuk setiap elemen kerja ini kemudian dicatat dalam kolom
”Time”(T). Berikut contoh dari sebuah pengukuran waktu kerja dengan mengambil 4
siklus kegiatan kerja yang terbagi dalam 3 elemen kegiatan :
NOMOR
ELEMEN
KEGIATAN
|
SIKLUS PENGAMATAN
(DALAM MENIT)
|
|||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
|||||
R
|
T
|
R
|
T
|
R
|
T
|
R
|
T
|
|
1
2
3
|
5
10
12
|
5
5
2
|
18
22
23
|
6
4
1
|
27
32
35
|
4
5
3
|
40
45
47
|
5
5
2
|
Langkah berikutnya
adalah membuat waktu rata-rata untuk setiap elemen kerja. Kadang-kadang performans rating dilaksanakan untuk
setiap elemen kerja tersebut, tetapi dalam kasus contoh soal berikut ini
diasumsikan bahwa performans rating dilaksanakan untuk seluruh kegiatan yang
berlangsung (tidak setiap elemen kerjanya). Seandainya performans rating untuk
seluruh kegiatan ini adalah 115% dan total allowances adalah 12%, maka waktu
standar untuk contohdiatas dapat dihitung sebagai berikut:
Nomor Elemen Waktu Rata-rata
1 (5+6+4+5):4 =
5,00 menit
2 (5+4+5+5):4 =
4,75 menit
3 (2+1+3+2):4 =
2,00 menit
Total Actual Time = 11,75 menit
Waktu Normal = Total waktu x performans rating (%)
= 11,75 x 115% =
13,5125 menit
Waktu standard = Waktu normal + (% allowances x waktu
normal)
= 13,5125 menit +
(12% x 13,5125 menit)
= 15,134 menit =
0,2522 jam
Validitas hasil penetapan
waktu ataupun output standar pada dasarnya akan sangat tergantung pada hasil
(data) waktu pengamatan atau pengukuran yang diperoleh. Disini tentu saja
tingkat ketelitian data yang diperoleh akan mempengaruhi hasil penetapan
standar-standar tersebut. Sebelum mengggunakan data waktu pengamatan yang
umumnya diperoleh melalui beberapa kali siklus pengukuran seharusnya terlebih
dulu dilakukan pengujian untuk melihat apakah jumlah pengamatan/pengukuran yang
telah dilaksanakan tersebut telah menghasilkan data yang cukup teliti ayau
tidak.
Dengan menggunakan
teori statistik tentangsampling data diperoleh formulasi untuk mengetahui
berapa jumlah pengamatan/pengukuran yang sebaiknya digunakan yaitu sebagai
berikut:
Dimana :
t = waktu pengamatan dari setiap elemen kerja
untuk masing-masing siklus yang diukur.
k = angka deviasi standar untuk yang besarnya
tergantung pada tingkat keyakinan (confidence level) yang diambil, dimana:
- 90% confidence level : k = 1.65
- 95% confidence level : k = 2.00
- 99% confidence level : k = 3.00
S = derajat ketelitian dari data t yang
dikehendaki, yang menunjukkan maksimum prosentase penyimpangan yang bisa
diterima dari nilai t yang sebenarnya. Nilai
k/s dikenal sebagai ”Confidence-Precision Ratio” dari time study yang
dilaksanakan.
n = jumlah siklus
pengamatan/pengukuran awal yang telah dilakukan untuk elemen kegiatan tertentu
yang dipilih.
N = jumlah siklus pengamatan/pengukuran
yang seharusnya dilaksanakan agar dapat diperoleh prosentase kesalahan minimum
dalam mengestimasikan t.
Dari contoh yang telah diberikan, maka untuk elemen
kegiatan 1 yang pengamatan telah dilaksanakan sebanyak 4 siklus pengamatan
diperoleh data sebagai berikut:
t =
5,6,4 dan 5
dimana ∑
t = 5+6+4+5 = 20
t = ++ + = 102
Bilamana confidence level dikehendaki 95% dan
dipakai ketelitian (∑)= 5%, makajumlah pengamatan yang seharusnya dilaksanakan
adalah sebesar :
N = 32
pengamatan
Dari hasil ini
diperoleh kesimpulan bahwa jumlah pengamatan yang seharusnya dilaksanakan
adalah sebesar 32 siklus pengamatan;padahal pengamatan yang telah dilakukan
hanya sebesar 4 kali saja. Agar hasil yang diperoleh bisa sesuai dengan tingkat
ketelitian dan keyakinan yang dikehendaki, maka sudah selayaknya dilakukan
penambahan jumlah siklus pengamatan/pengukuran seperti yang diharuskan.
Pengukuran Kerja dengan Metode Work Sampling
Work sampling adalah
suatu aktifitas pengukuran kerja untuk mengestimasikan proporsi waktu yang
hilang (idle/delay) selama siklus kerja berlangsung atau untuk melihat proporsi
kegiatan tidak produktif yang terjadi (ratio
delay study). Pengamatan dilaksanakan secara random selama siklus kerja berlangsung
untuk beberapa saat tertentu. Sebagai contoh aktivitas ini sering kali
ddiaplikasikan guna mengestimasikan jumlah waktu yang diperlukan atau harus
dialokasikan guna memberi kelonggaran waktu (allowances) untuk personal needs,
melepas lelah ataupun unavoidable delays.
Pengamatan dilakukan
dengan menggunakan metoda sampling sepanjang hari kerja selama beberapa periode
waktu kerja. Pengamatan dilaksanakan secara random (untuk ini aplikasi dari
tabelangka random bisa dikerjakan) dan hasil pengamatan dicatat untuk
dievaluasi kemudian. Berikut sampel dari angka random yang bisa diperoleh dari
tabel angka random dapat ditunjukkan guna menetapkan waktu kapan sebuah
pengamatan harus dilakukan:
Random
Number Interpretasi
915 09.15 pagi
725 07.25 pagi
047 12.47 siang
168 14.08 siang
Setiap kali angka
random berhasil diambil dan diinterpretasikan dengan waktu yang sesuai, maka
pengamatan bisa segera dilaksanakan berdasarkan waktu-waktu random tersebut.
Pengamatan hanya dilakukan dengan memperhatikan apakah ada aktivitas (kegiatan
produktif) atau tidak ada aktifitas (delay idle/kegiatan tidak produktif).
Prosentase waktu idle/delay (p) dapat dihitung sebagai berikut:
Prosentase delay/idle
= Jumlah pengamatan yang menunjukkan
kondisi idle/delay
Total pengamatan yang
dilakukan
Disini ketelitian data
yang diperoleh akan sangat tergantung pada banyaknya pengamatan yang dilakukan.
Semakin besar jumlah pengamatan yang dilakukan maka akan semakin teliti hasil
yang diperoleh.
Untuk menentukan
jumlah pengamatan yang seharusnya dilaksanakan dalam metode sampling kerja maka
hal ini agak berbeda formulasinya dengan perhitungan untuk metode Stopwatch
Time Study, dimana data pengamatan diperoleh dari kegiiatan kerja yang siklusnya
berlangsung secara berulang-ulang (repetitive works); maka dalam metode work
sampling data pengamatan diperoleh dari kegiatan kerja yang siklusnya
berlangsung secara acak (random). Untuk ini berlaku hukum probabilitas, dimana
data pengamatan akan mengikuti distribusi binominal dan jumlah pengamatan yang
seharusnya dilakukan dapat ditentukan berdasarkan formulasi sebagai berikut:
dimana :
p = estimasi awal dari
prosentase idle/delay dari pengamatan yang dilakukan
contoh : bilamana p = 0,25 confidence level 95% dan
derajat ketelitian (s)
ditetapkan 5% maka jumlah pengamatan yang seharusnya dilaksanakan
adalah:
N = 4800 pengamatan
Pengukuran Kerja dengan Cara Tidak Langsung (Indirect Time Study)
Pengukuran kerja
dengan Stop-watch Time Study dan Sampling kerja, keduanya merupakan kegiatan
pengukuran secara langsung. Pengertian “langsung” dalam hal ini dimaksudkan
bahwa kegiatan pengamatan/pengukuran untuk memperoleh data pengamatan (waktu
atau prosentasi idle) haruslah dilaksanakan secara langsung di tempat kegiatan
yang ingin diukur dilaksanakan. Di lain pihak dikenal pula adanya pengukuran
kerja secara tidak langsung seperti Time
Study Stsndard Data dan Predeterminal
Time System.
Seringkali
elemen-elemen kerja dari suatu aktifitas berulangkali dilaksanakan atau
dijumpai dalam suatu kegiatan produksi. Dalam kasus ini tidak perlu dilakukan
time study secara detail untuk setiap aktifitas yang harus dilaksanakan;
melainkan cukup dilakukan time study secara detail sekali dan kemudian data
mengenai elemen-elemen aktifitas tersebut dicatat, dihitung, dan disimpan dalam
sebuah standard data file. Kemudian di lain kesempatan bila mana dijumpai suatu
kegiatan lain tetapi memiliki unsur-unsur elemen aktifitas yang sama dengan
yang di standardkan tersebut maka kita tinggal mengambil dan mengaplikasikannya
langsung dari data yang dimiliki.
Time study standard
data, bisa dikatakan sebagai nilai waktu normal yang tidak didapatkan dari
perhitungan waktu secara langsung, melainkan dari perhitungan waktu langsung
dari elemen yang bersangkutan yang telah dilakukan sebelumnya.
Kegunaan dari aplikasi
standard data jelas banyak sekali. Meskipun demikian harus dipahami bahwasannya
standard data tidak selalu bisa diaplikasikan terutama sekali bila dijumpai
adanya elemen-elemen kerja yang belum pernah diamati ataupun diukur waktunya. Untuk
ini perlu dilakukan pengukuran untuk elemen-elemen kerjayang belum ada data
waktu standardnya tersebut dengan menggunakan prosedur umum.
Keuntungan pokok dari
pemakain standard data antara lain sebagai berikut:
· Pelaksanaan time study
akan bisa lebih cepat dan murah.
· Konsistensi dari hasil
yang diperoleh bisa tetap dijaga untuk setiap aktifitas time study. Demikian
juga kemungkinan terjadi error pada studi bisa dikurangi.
· Tidak diperlukan time
study analyst yang terlalu trampil didalam penentuan waktu standard.
· Mengurangi kericuhan
yang mungkin terjadi di lapangan seperti halnya
yang biasa dijumpai setiap kali aktivitas time study di selenggarakan.
Kerugian utamanya
adalah proses perhimpunan standard data yang harus dilaksanakan secara intensif
pada aktifitas study sebelumnya yang mana dalam hal ini akan memerlukan biaya
yang tidak sedikit.
Bilamana suatu
pekerjaan atau kegiatan bisa dipecah dan dibagi dalam elemen-elemen kegiatan
yang kecil-kecil (dalam hal ini disimpulkan bahwa elemen kegiatan terkecil
adalah berbentuk elemen gerakan kerja),maka sampai pada suatu titik tertentu
kita akan menjumpai bahwa suatu kegiatan akan bisa disintesiskan dari
elemen-elemen gerakan tersebut. Dengan mengukur waktu dari setiap elemen-elemen
gerakan atau elemen-elemen kerja terkecil tersebut maka waktu yang diperlukan
untuk menyelesaikan suatu kegiatan bisa ditentukan dengan cara mensintesiskan
waktu-waktu elemen gerakan yang sesuai. Pendekatan ini dikenal dengan Predetermined Time System.
Predetermined Time System pada prinsipnya hampir sama
dengan dengan standard data dimana dalam hal ini nilai-nilai waktu diperoleh
dari tabel yang tercatat sebelumnya. Kedua kegiatan ini diklasifikasikan
sebagai pengukuran waktu kerja secara tidak langsung. Ada dua macam aktifitas Predetermined Time System yang dikenal
luas aplikasinya yaitu faktor-faktor kerja (work
factor) dan methods time measurement
(MTM). Disini nilai-nilai waktu dari berbagai macam elemen kerja dicari dari
berbagai macam cara. Cara yang umum diaplikasikan dalam hal ini adalah dengan
menggunakan movie camera yang mencatat gerakan-gerakan kerja secara detail dan
mikro (mikromotion analysis). Pendekatan lainnya adalah dengan menggunakan electronic
timing devices.
Referensi :
Wignjosoebroto, Sritomo. Pengantar Teknik &
Manajemen Industri. Surabaya : Penerbit Guna Widya, 2003
Turner, Wayne C, dkk. Pengantar Teknik &
Sistem Industri. Surabaya : Penerbit Guna Widya,2000
4 komentar:
thanks bro
... cukup membantu
Maaf bang... Bisa kasih tahu tidak yah cara efektif mengamati total waktu aktifitas dan cara menghitung Alowancenya
maaf mas itu dapat 102
yang Dari contoh yang telah diberikan, maka untuk elemen kegiatan 1 yang pengamatan telah dilaksanakan sebanyak 4 siklus pengamatan diperoleh data sebagai berikut:
t = 5,6,4 dan 5
dimana ∑ t = 5+6+4+5 = 20
t = ++ + = 102,yang ini mas dapat nya dari mana???
sama dapat 32 percobaan itu dapat nya dari mana mas
harap di blas.
terima kasih
t = ++ + = 102,yang ini mas dapat nya dari mana???
Di kuadrat kan satu persatu lalu di tambahkan 😊
Posting Komentar