PERALATAN
PEMINDAIAN
(SCANNING
DEVICES)
· Fungsi Input Devices adalah untuk mengumpulkan data dan
mengkonversinya ke dalam suatu bentuk yang dapat diproses oleh komputer
· Input Devices terdiri
dari alat yang mengambil data dan program yang dapat dibaca atau dipahami
manusia dan mengkonversi ke suatu format yang dapat diproses komputer
Kategori Input
Devices
· Alat input langsung, yaitu input yang dimasukkan langsung diproses oleh
alat pemroses. Contohnya : keyboard, mouse
dll.
· Alat input tidak langsung,
yaitu melalui media tertentu sebelum suatu input diproses oleh alat pemroses peralatan entri data yang bukan papan tombol (keyboard). Peralatan entri langsung meliputi :
1. Peralatan pointing
(Pointing Devices),
2. Peralatan
pemindaian (Scanning Devices),
3. Kartu cerdas
dan optik (Smart & Optical Cards),
4. Peralatan
pengenal suara (Voice Recognition Devices),
1. Bar Code Reader
Garis-garis hitam yang dibuat menurut
kode tertentu.
Alat yang mampu membaca balok-balok bar
code ke dalam bentuk alfanumerik.
•
Bar Code Reader Scanner pertama kali digunakan pada tahun
1974 di supermarket Marsh di kotaTroy-Ohio , meskipun bar-code itu sendiri telh
dipakai sejak 1966.
Bar code
adalah pola garis-garis hitam putih yang umum dijumpai pada barang-barang yang
dijual di toko-toko swalayan untuk mempercepat proses pemasukan data transaksi
penjualan. Bar code ini dibaca dengan alat yang disebut bar code reader yang
berupa semacam scanner fotoelektis yang dapat mengonversi data bar code menjadi
sinyal digital.
Barcode Reader
adalah alat yang digunakan untuk membaca kode barcode. Tanpa kita sadari bahwa
setiap hari kita apat menemui barcode pada barang-barang yang kita gunakan
sehari-hari. Seperti pada pasta gigi, sabun, pada makanan-makanan ringan,dll.
1. Barcode satu dimensi
barcode 1
dimensi terdiri dari garis-garis yang berwarna putih dan hitam. warna putih
untuk nilai 0 dan warna hitam untuk nilai 1.
2. Barcode dua dimensi
sedangkan barcode
2 dimensi sudah tidak berupa garis-garis lagi, akan tetapi seperti gambar. jadi
informasi yang tersimpan didalamnya akan lebih besar.
untuk membuat
kode barcode dari delphi kita dapat memanfaatkan rave report yang udah include
pada delphi versi 7. kita dapat memilih type dari barcode yang akan kita buat.
diantaranya barcode untuk produk ritail, buku perpustakaan, anggota
berbeda-beda. Kode yang akan kita buat bisa bebas asalkan hanya digunakan pada
sistem disuatu tempat seperti perpustakaan, akan tetapi untuk produk yang akan
di edarkan dipasaran harus didaftarkan terlebih dahulu ke GS1 agar tidak sama
dengan produk yang lain.
Untuk menggunkan perangkat barcode pada aplikasi kita sangat mudah. Sistem kerja sebuah barcode reader hampir sama dengan inputan pada kayboard. jadi tidak diperlukan lagi driver atau komponent untuk menggunakan barcode reader pada delphi. kita tinggal hubungkan barcode ke PS2 kemudian komputer sudah menganggap barcode reader tersebut adalah kayboard. Perbedaan barcode reader dengan keyboard adalah barcode reader membaca sebuah kode barcode kemudian memasukan kode tersebut kedalam komputer dengan menambahkan karakter enter atau chr(13). Nah untuk itu kita tinggal memberikan event onkeypress pada Tedit yang akan kita gunakan sebagai input kode barcode.
2.
Pembaca
Kartu Magnetik (MICR)
Digunakan
untuk membaca karakter-karakter khusus MICR yang dicetak dengan tinta khusus.
Tinta ini nantinya akan demagnetisasi oleh piranti MCIR, sehingga informasi
magnetisnya dapat dibaca dan diterjemahkan menjadi sinyal digital. Penggunaanya
biasanya pada cek bank dengan bagian bawah seringkali terdiri atas karakter
dengan bentuk khusus yang berupa nomor cek, nomor pengurutan,dan nomor account
pemiliknya.
Sistem pengenalan
huruf dan karakter optik adalah sistem yang digunakan dalam mengubah tulisan
tangan ataupun naskah ketikan yang dipindai ke dalam bentuk teks sehingga bisa
diedit dengan aplikasi komputer. Perangkat
yang bisa menerjemahkan tanda, karakter dan kode khusus dengan teknologi ke
dalam bentuk digital. Kode optik yang paling banyak digunakan di sistem POS (point-of-sale) di pasar
swalayan atau toko-toko pengecer. Kode pada barcode mengandung
informasi tentang kode produksi item, lokasi, tanggal pembuatan, dll.
OCR (Optical Character
Recognition) adalah sebuah sistem komputer yang dapat membaca huruf, baik
yang berasal dari sebuah pencetak (printer atau mesin ketik) maupun yang
berasal dari tulisan tangan. Adanya sistem pengenal huruf ini akan
meningkatkan fleksibilitas ataupun kemampuan dan kecerdasan sistem komputer.
Dengan adanya sistem OCR maka user dapat lebih leluasa memasukkan data karena
user tidak harus memakai papan ketik tetapi bisa menggunakan pena elektronik
untuk menulis sebagaimana user menulis di kertas. Adanya OCR juga akan
memudahkan penanganan pekerjaan yang memakai input tulisan seperti penyortiran
surat di kantor pos, pemasukan data buku di perpustakaan, dll. Adanya sistem
pengenal huruf yang cerdas akan sangat membantu usaha besar-besaran yang saat
ini dilakukan banyak pihak yakni usaha digitalisasi informasi dan pengetahuan,
misalnya dalam pembuatan koleksi pustaka digital, koleksi sastra kuno digital,
dll.
OCR dapat dipandang
sebagai bagian dari pengenal otomatis yang lebih luas yakni pengenal pola
otomatis (automatic pattern recognition). Dalam pengenal pola otomatis, sistem
pengenal pola mencoba mengenali apakah citra masukan yang diterima cocok dengan
salah satu citra yang telah ditentukan. Sistem ini misalnya dipakai untuk
mendeteksi sidik jari, tandatangan, bahkan wajah seseorang.
Ada banyak pendekatan yang dapat dipakai untuk mengembangkan pembuatan
pengenal pola otomatis antara lain memakai pendekatan numerik, statistik,
sintaktik, neural dan, aturan produksi (rule-based). Secara umum metode-metode tersebut
dapat digolongkan menjadi dua kelompok metode yakni metode berbasis statistik
dan metode berbasis struktur. Dalam metode yang berbasis statistik, setiap pola
ditransformasi ke dalam vektor yang memakai ukuran dan karakteristik tertentu.
Karakteristik ini seringkali lebih bersifat statistik misalnya distribusi pixel
ataupun jarak pixel. Sedang dalam metode yang berbasis struktur, setiap pola
yang diproses dinyatakan sebagai gabungan beberapa struktur elementer.
Pengenalan selanjutnya dilakukan dengan mencocokkan komposisi struktur
elementer dengan struktur yang sudah disimpan memakai aturan tertentu misalnya
memakai pendekatan teori bahasa formal dan automata.
1. Data
Capture
Data capture merupakan proses konversi suatu dokumen (hardcopy)
menjadi suatu file gambar (BMP).
2. Preprpcessing
Preprocessing merupakan suatu proses untuk menghilangkan
bagian-bagian yang tidak diperlukan pada gambar input untuk proses selanjutnya.
Beberapa contoh preprocessing adalah noise filtering.
3. Segmentation
Segmentasi adalah proses memisahkan
area pengamatan (region) pada tiap karakter yang akan dideteksi.
4. Normalization
Normalization adalah proses merubah
dimensi region tiap karakter dan ketebalan karakter. Algoritma yang digunakan
pada proses ini adalah algoritma scaling dan thinning.
5. Feature Extraction
Feature Extraction adalah proses
untuk mengambil ciri-ciri tertentu dari karakter yang diamati.
6. Recognition
Recognition merupakan proses untuk
mengenali karakter yang diamati dengan cara membandingkan ciri-ciri karakter
yang diperoleh dengan ciri-ciri karakter yang ada pada database.
7. Postprocessing
Pada umumnya proses yang dilakukan
pada tahap ini adalah proses koreksi ejaan sesuai dengan bahasa yang digunakan.
Melongok
sejarah pengenalan karakter
Penelitian tentang pengenalan
karakter secara optik (OCR) dimulai akhir tahun 1950. Sejak itulah teknologi
OCR secara perlahan berkembang dan semakin baik. Sekitar tahun 1970-an dan awal
1980, software OCR memiliki kemampuan yang sangat terbatas: Mereka hanya dapat bekerja
dengan tipe dan ukuran huruf (font) tertentu. Saat ini, OCR sudah jauh lebih
cerdas, dan secara praktis mampu mengenali semua jenis huruf dan ukuran, bahkan
pada citra dokumen yang buruk.
Satu teknik OCR yang paling awal disebut
pembandingan matriks atau pola (pattern matching). Kebanyakan teks harus
memakai font Times, Courier, atau Helvetica dengan ukuran antara 10 dan 14
point (1 point = 1/72 inci). Software OCR yang menggunakan metoda pembandingan
matriks menyimpan semua karakter untuk setiap jenis dan ukuran font. Dengan
membandingkan database bitmap ini program berusaha mengenali karakter satu per
satu. Sistem ini hanya berhasil baik pada dokumen yang memakai font
non-proporsional seperti Courier di mana jarak setiap hurufnya sama. Dokumen
yang menggunakan banyak font berada jauh di luar kemampuannya.
Feature extraction (pemisahan
ciri) adalah langkah berikutnya dalam perkembangan OCR. Metoda ini mengenali
karakter dengan mengidentifikasi ciri-ciri umum setiap huruf. Sebagai contoh,
huruf ‘a’ didefinisikan sebagai sebuah lingkaran, garis di tepi kanannya, dan
kurva di bagian atas. Kurva di tengah atas ini tidak menjadi patokan mutlak,
sehingga huruf ‘a’ tanpa lengkung di atasnya masih bisa dikenali dengan benar.
Dilihat dari segi perkembangan,
metoda kedua ini selangkah lebih maju dibandingkan yang pertama, tetapi hasil
akhirnya sangat terpengaruh oleh kualitas cetakan dokumen. Bercak hitam pada
teks atau bahkan lipatan pada kertas dapat mempengaruhi akurasi pengenalan
karakter.
Teknologi OCR dewasa ini jauh
lebih canggih dibandingkan masa-masa awal-nya. Selain mencoba mengenali huruf
satu per satu, pada teknik modern juga dilakukan pemeriksaan ejaan kata demi
kata.
Teknologi yang dikembangkan oleh Caere ini disebut
Predictive Optical Word Recognition (POWR). Digabungkan dengan analisa
kontekstual, POWR hampir dapat menghilangkan masalah yang ditimbulkan oleh
bercak-bercak kotor hasil scanning. POWR menggunakan algoritma matematik yang
rumit, yang memungkinkan komputer melakukan interpretasi terbaiknya dalam
mengenal huruf/kata.
Teknologi POWR menerapkan teknik
jaringan syaraf (neural network) dan teknik prediktif dalam riset AI
(Artificial Intelligence, kecerdasan buatan). Ini memungkinkan POWR untuk
mengidentifikasi kata-kata seperti yang dilakukan manusia.
Dalam prakteknya, teknik POWR ini
sangat meningkatkan ketepatan pengenalan kata pada berbagai jenis dokumen
sumber: Koran sampai art-paper. Semua interpretasi yang mungkin diperoleh
dengan menggabungkan faktafakta yang ditemukan dari informasi tingkat rendah
(matriks) sampai petunjuk tingkat tinggi (kontekstual). Interpretasi yang
paling besar kemungkinannya dipilih sebagai kesimpulan.
Teknik OCR
Pengenalan pola (matrix matching): Bila program menemukan
huruf yang identik dalam referensi, karakter tersebut berhasil dikenali dan
mendapat nilai tertentu.
Analisa ciri (feature
recognition): Karakter yang harus dikenali diukur dan dibandingkan dengan nilai
matematik-geometrik. Tidak tergantung jenis font, nilai tersebut sama untuk
sebuah huruf.
Analisa sintaksis (language
analysis): Rangkaian karakter diperiksa, apakah umum atau diperbolehkan dalam bahasa
yang dipakai.
Fuzzy
Logic: Proses penentuan yang tidak
membutuhkan pemenuhan syarat dan aturan secara 100%. Ciri yang tidak jelas juga
dipertimbangkan. Dengan teknik OCR ini berbagai hasil beberapa prosedur analisa dapat
dikombinasikan. Ini meningkatkan kemungkinan pengenalan, juga dalam kasus yang
sulit seperti pada cetakan yang tidak bersih.
Training: Bila pengguna mengoreksi huruf
yang salah dikenali, koreksi tersebut disimpan sebagai “data latihan” dan dapat
dimanfaatkan dalam pengenalan berikutnya.
4.
Optical mark recognition
Antara Juni-Juli selalu menjadi
bulan paling ”mendebarkan” bagi ABG dan orang tua. Seperti kita tahu setiap
tahun ujian sekolah ataupun ujian masuk perguruan tinggi negeri yang biasa
disingkat SPMB (seleksi penerimaan mahasiswa baru) selalu diadakan di
bulan-bulan ini.
Kalau berbicara tentang ujian, ada
beberapa yang langsung terpaku di pikiran, mulai dari yang agak berat seperti, bimbingan
belajar, passing grade, pilihan jurusan, biaya, sampai hal-hal yang remeh,
seperti pensil 2B, latihan mengisi lembar jawab komputer (LJK) dan lain-lain.
Nah, terkait dengan pensil 2B dan lembar jawaban ujian, pikiran langsung
tertuju pada LJK.
Bagi beberapa peserta ujian,
mengisi LJK bisa jadi menjadi satu beban tersendiri. Kekhawatiran salah mengisi
selalu menghantui langkah dan berakibat terbukanya pintu kegagalan masuk
perguruan tinggi negeri, hanya gara-gara salah ”menghitamkan” LJK. Betulkah sebegitu
gawat dan mencemaskan perkara LJK ini? Bagaimana sebenarnya komputer ”membaca”
jawaban dari peserta? Benarkah kesalahan kecil, semacam kurang penuh mengisi
bulatan jawaban akan berakhir fatal? Jawaban-jawaban atas pertanyaan yang
menggelisahkan tersebut dapat kita kurangi kalau kita tahu bagaimana cara kerja
OMR, si komputer pembaca LJK ini.
ADA istilah yang sering kali
diucapkan para pelajar ketika baru selesai ujian, "Ah, sudahlah, pasrah
aja. Soal jawaban itu mah terserah pak guru yang mengoreksi saja."
Memang betul. Di masa dulu-dulu,
bapak dan ibu guru akan berjibaku berpeluh keringat mengoreksi jawaban para
siswa. Momen koreksi ini adalah peristiwa penting, bahkan maha penting. Boleh
dibilang nasib orang ditentukan. Maklum manusia, termasuk bapak dan ibu guru
kita, mungkin pula mengalami kealpaan. Susahnya, kesalahan itu akan ditanggung
siswa, bisa jadi ditanggung seumur hidup. Itulah sebabnya orang terus -menerus
mengembangkan metode dan teknologi untuk menghindari kesalahan dalam tahap ujian
seperti ini.
Banyak sekali model menghindari
kesalahan dalam ujian. Dari sisi metode ujian, ada model soal jawaban ganda,
jawaban benar-salah, jawaban uraian, dan lain-lain. Tujuannya? Selain untuk
menguji kemampuan siswa, juga agar mudah saat memeriksa hasilnya.
Barangkali kita masih ingat kalau
dulu (mungkin sekarang masih ada juga) para guru untuk mengoreksi menggunakan
lembaran bolong. Lembaran ini sebetulnya adalah lembaran jawaban pilihan ganda
yang sudah dilubangi dengan bara rokok atau obat nyamuk untuk masing-masing
jawaban tiap nomor. Kemudian, tinggal kita taruh di atas lembaran jawaban yang
telah disilangi siswa. Nah, jawaban yang benar akan terlihat dari lubang-lubang
itu, tinggal dihitung jumlah jawaban yang benar.
Ketika teknologi bergerak maju
pesat, bidang pendidikan pun tak ketinggalan tersentuh kemajuan alat bantu
berbasis komputer. Termasuk pula untuk menyelenggarakan dan mengoreksi hasil
ujian. Dari sinilah mulai awal dikenalnya OMR dan LJK. OMR adalah Optical Mark
Reader atau dalam terjemahan mudah kita kenal sebagai mesin pembaca tanda
berbasis optik. Pada saat ujian berlangsung, jawaban dari soal dituliskan pada
LJK dengan cara menghitamkan bulatan huruf jawaban (A, B, C, D, atau E) pada
masing-masing nomor menggunakan pensil 2B. Selanjutnya jawaban itu ”dibaca” OMR
yang telah memiliki setting jawaban benar untuk setiap soal ujian. OMR
bertindak seperti lembar bolong koreksi jawaban yang dilakukan guru.
Nilai hasil ujian ditentukan dari
berapa banyak jawaban yang benar. Penentuan nilai tergantung dari perangkat
lunak (software) yang dipasang pada komputer dan terhubung dengan OMR.
LEMBAR Jawab Komputer ada beberapa
jenis. Ada yang berupa lembaran (form) pilihan ganda yang bentuknya bulat atau
oval untuk setiap pilihan jawaban, jawaban berupa tanda cek (V), dan juga tanda
silang (X). Pada form LJK tersebut sudah tercetak (preprinted) beberapa penanda
standar, yaitu Skunk Marks dan Timing Mark. OMR akan membaca tanda-tanda tadi
untuk membantu dalam pembacaan form LJK.
Data hasil pemindaian (scan) tiap
lembar LJK akan diproses perangkat lunak dalam komputer, selanjutnya data bisa
disimpan dalam file, basis data atau langsung diproses untuk sekadar
ditampilkan di layar. Semua itu bergantung pada spesifikasi masing-masing
perangkat lunak yang disesuaikan dengan kebutuhannya.
Semua siswa yang mengikuti ujian
dengan LJK pasti tak lupa berkali-kali diingatkan untuk menggunakan pensil 2B
untuk menghitamkan bulatan jawaban, pensil harus dengan sempurna mengisi
bulatan, kemudian kertas jangan sampai kotor atau terlipat.
Apakah benar harus menggunakan
pensil 2B? Penulis mencoba melakukan scanning form yang telah diisi dengan
menggunakan pensil jenis HB dan juga tinta ballpoint sekadar ingin membuktikan
kebenarannya. Ternyata isian dengan pensil HB dapat terbaca. Sedangkan isian
dengan tinta ballpoint tidak terbaca tapi tidak menyebabkan error. Sebenarnya
penggunaan pensil diinstruksikan agar peserta ujian mudah untuk mengganti
jawaban, karena pensil mudah dihapus. Sementara ajuran penggunaan pensil 2B karena
kualitas penghitamannya lebih tajam dibanding jenis lainnya.
Mengenai pengisian jawaban yang
harus sempurna mengisi bulatan dan tidak boleh lebih dari bulatan, itu tidak
sepenuhnya benar. Selama pensil tidak melebar ke area jawaban yang lain,
jawaban akan tetap terbaca. Jika sampai melebar ke area jawaban yang lain, akan
ada dua jawaban yang terbaca. OMR akan mengembalikan karakter * (asterik)
sebagai hasilnya, yang berarti data tidak benar.
Berikutnya, syarat lain yang
biasanya diinstruksikan kepada peserta ujian adalah form jawaban tidak boleh
terlipat. Sebenarnya, ketakutan akan terlipatnya kertas tidak perlu
dibesar-besarkan. Terlipat sedikit di ujung-ujung kertas bukanlah suatu masalah
asal jangan sampai kotor dan berwarna gelap di area utama form yang akan
di-scan, karena dikhawatirkan OMR akan menganggapnya sebagai jawaban. Tetapi
jika kertas terlipat cukup parah dikhawatirkan akan tersangkut dan menyebabkan
kemacetan pada perangkat OMR.
PEMROSESAN LJK dimulai dengan
meletakkan setumpuk LJK pada input hopper dan tentunya OMR dinyalakan terlebih
dahulu dengan menekan tombol power. Berikutnya sheet guide dirapatkan yang
sesuai dengan ukuran lebar LJK, layaknya sheet guide pada alat cetak (printer)
biasa.
Jika LJK tidak diatur menggunakan sheet guide dan posisinya tidak tepat, bisa jadi OMR mengalami kemacetan saat bekerja. Berikutnya lagi, status proses akan dimunculkan pada panel operator seperti layar telefon genggam. Untuk memulai proses pemindaian (scan), push button switches di sebelah kiri harus ditekan terlebih dahulu hingga muncul prompt ready.
Jika LJK tidak diatur menggunakan sheet guide dan posisinya tidak tepat, bisa jadi OMR mengalami kemacetan saat bekerja. Berikutnya lagi, status proses akan dimunculkan pada panel operator seperti layar telefon genggam. Untuk memulai proses pemindaian (scan), push button switches di sebelah kiri harus ditekan terlebih dahulu hingga muncul prompt ready.
Proses scan terjadi pada transport
bed, kemudian LJK akan keluar dan tertumpuk pada output stacker. Sementara pada
panel operator akan menampilkan status scan.
Peletakan LJK pun harus benar,
tidak boleh terbalik yaitu timing marks harus pada sisi yang sama dengan panel
operator. Proses dapat dihentikan dengan menekan push button switches di
sebelah kanan. Di bagian sheet guide terdapat garis batas maksimum tumpukan LJK
dalam satu kali proses koreksi. Biasanya tumpukan form tidak lebih dari 200
lembar, karena OMR bisa macet jika tumpukan berlebih.
Lantas bagaimana OMR membaca tanda hitam pensil?
Perangkat ini tidak memerlukan kepintaran semacam pengenalan karakter
(character recognition) pada perangkat OCR (Optical Character Recognition).
Pada OMR, sinar infra merah yang diarahkan pada LJK tidak akan direfleksikan
jika mengenai pilihan jawaban yang dihitamkan dengan pensil. Perangkat lunaklah yang
berperan untuk mencocokkan posisi jawaban dengan informasi pada LJK.
Informasi jawaban apa saja yang
akan diproses perangkat lunak, didefinisikan pada file definisi form. File ini
mendefinisikan posisi kolom atau baris jawaban relatif terhadap skunk marks dan
timing marks, tipe jawaban seperti angka numerik atau abjad, serta cara baca
form yaitu horisontal atau vertikal.
Beberapa perangkat OMR yang
beredar di pasaran sekarang telah meningkat kemampuannya. Sebagai contoh OMR
100M tipe visible red (sinar merah yang tampak dengan mata) dapat membaca isian
berupa lubang-lubang pada kertas (punched) dan tinta ballpoint warna hitam atau
biru dengan kecepatan 25-35 lembar/menit. OMR yang menggunakan port serial
RS232 atau port USB sebagai port komunikasi dengan komputer ini dibandrol
sekira Rp 30 juta-an di pasaran. Jenis lain dengan kemampuan lebih besar (lebih
cepat) berharga tak kurang dari Rp 50 juta.
Lumayan mahal, namun karena sangat
membantu, boleh dikata dana tak terlalu jadi masalah. Coba bayangkan untuk
mengoreksi seluruh jawaban peserta SPMB yang berjumlah sekira 70.000 lembar
jika dilakukan secara manual. Tentunya sangat besar potensi konflik akibat
kesalahan manusia.
Penggunaan OMR tak hanya sebatas
pada pengoreksi ujian tapi juga banyak hal seperti kuesioner, lotere, survei,
jajak pendapat sampai dengan aplikasi medis seperti hasil pemeriksaan
laboratorium.
Teknologi OMR ini semakin hari
semakin maju. Yang menarik selain kemampuan pembacaannya yang kian meningkat,
harga OMR pun makin turun. Sehingga tak heran kalau beberapa sekolah dan
bimbingan belajar pun mampu untuk membeli. Tentu saja fasilitas ini makin
mempermudah proses ujian dan ujicoba ujian di masing-masing institusi tersebut.
KESIMPULAN
Peralatan
pemindaian (scanning devices) berfungsi untuk mengumpulkan data dan mengkonversinya ke
dalam suatu bentuk yang dapat diproses oleh komputer.
· Alat input langsung, yaitu input yang dimasukkan langsung diproses oleh
alat pemroses. Contohnya : keyboard, mouse
dll.
· Alat input tidak
langsung, yaitu melalui media tertentu sebelum suatu input diproses oleh alat
pemroses peralatan entri data yang bukan papan
tombol (keyboard). Peralatan entri langsung meliputi :peralatan pointing
(Pointing Devices), peralatan pemindaian (Scanning Devices), kartu cerdas dan
optik (Smart & Optical Cards), peralatan pengenal suara (Voice Recognition
Devices)
REFERENSI
www.pcmedia.co.id
1 komentar:
Also, by passing this data directly this way the list can be updated automatically with new devices coming in.
Alternately you could display a "wait while we look for devices" message and then return an ArrayList after X amount of seconds...it's up to you. scscan
Posting Komentar