Definisi TQM
Pengertian
mutu atau kualitas akan berlainan bagi setiap orang dan tergantung pada
konteksnya. Mutu atau kualitas suatu barang pada umumnya diukur dengan tingkat
kepuasan konsumen atau pelanggan. Seberapa besar kepuasan yang diperoleh
pelanggan tergantung dari tingkat kecocokan penggunaan masing-masing pelanggan.
Seorang pengusaha membeli produk yang digunakan sebagai bahan baku akan
mengatakan barang tersebut dirasa cocok
penggunannya dan mempunyai kemampuan memproses bahan baku menjadi barang jadi
dengan biaya rendah dan sisa yang minimal. Seorang membeli barang jadi dengan
harapan barang-barang tersebut bebas dari cacat bawaan dari pabrik sehingga
merasa tidak rugi dalam mengeluarkan uang untuk membeli barang tersebut. Dengan
demikian, pengertian kualitas mencakup semua kegiatan yang berkaitan dengan
tercapainya kepuasan pemakai barang tersebut.
Konsep
kualitas itu sendiri dianggap sebagai ukuran relatif kebaikan suatu produk atau
jasa yang terdiri atas kualitas desain
atau rancangan dan kualitas kesesuaian atau kecocokan. Kualitas rancangan
merupakan fungsi spesifikasi produk, sedangkan kualitas kecocokan adalah
seberapa baik produk itu sesuai dengan spesifikasi dan kelonggaran yang
disyaratkan oleh rancangan itu.
Dari
pengertian di atas sebenarnya terdapat beberapa elemen sebagai berikut.
1. Kualitas adalah usaha untuk memberi
kepuasan bagi pelanggan.
2. Kualitas meliputi produk, jasa,
proses, dan lingkungannya.
3. Kualitas yang selalu berubah
kondisinya (kondisi dinamis), saat ini dianggap kualitas hari yang akan datang
kemungkinan dianggap tidak berkualitas.
Perpaduan semua fungsi
dari perusahaan yang dibangun berdasarkan konsep kualitas, teamwork,
produktivitas dan pengertian serta kepuasan pelanggan inilah yang dinamakan
TQM. TQM merupakan sistem manajemen yang mengangkat kualitas sebagai strategi
usaha dan berorientasi pada kepuasan pelanggan dengan melibatkan seluruh
anggota organisasi. Pengertia TQM lain menyebutkan bahwa TQM merupakan suatu
pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba untuk memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus
menerus atas produk, jasa manusia, proses, dan lingkungannya.
SEJARAH PERKEMBANGAN TQM
Banyak
yang beranggapan bahwa TQM berasal dari Jepang, mengingat konsep TQM banyak
dipengaruhi perkembangan-perkembangan di Jepang. Sebenarnya gerakan total
quality dimulai pada masa studi gerak dan waktu yang diperkenalkan oleh F.
Tailor sekitar tahun 1920. Kemudian pada tahun 1931 Walter A. Shewart dari Bell
Laboratories memperkenalkan metode statistik yang dikenal dengan Statistical
Quality Control. Tokoh yang dikenal luas dalam TQM adalah Edward Deming. Beliau
mengajarkan teknik-teknik pengendalian kualitas di U.S. War Department, serta
mengajarkan mata kuliah mengenai kualitas kepada ilmuan, insiyur, eksekutif
perusahaan Jepang. Berawal dari sinilah TQM berkembang pesat di Negara sakura
ini.
Pada
awalnya orang Jepang memperhatikan tentang perilaku pelanggan. Pelanggan suka
sekali memilih dan mengeluh terhadap hal-hal yang sepele, mereka berharap
sesuatunya sempurna. Sebagai contoh, seorang pelanggan membeli kendaraan
bermotor. Kebetulan asesoris kendaraan motor kurang tepat memasangnya yang
sebenarnya ia dapat memasangnya sendiri, dan hal tersebut tidak perlu
diributkan. Hanya sayangnya mereka tidak terbiasa dengan hal itu, dan mereka
akan senang jika kejadian semacam itu dapat dicegah. Berawal dari situlah orang
Jepang dalam memproduksi barang sangat memperhatikan pelanggan. Produk
barang/jasa yang dihasilkan sesuai dengan keinginan pelanggan sama persis
seperti yang dilaporkan penjual.
Sekarang
telah menjadi kenyataan, bahwa produk dari Jepang yang dulunya dikenal sebagai
produk rongsokan dan imitasi murahan dari produk Barat, kini justru sebaliknya
menjadi produk-produk yang berkualitas tinggi dan berkembang pesat di seluruh
dunia. Perusahaan-perusahaan Jepang menyadari bahwa kunci keberhasilan pada
masa mendatang adalah kualitas. Berbagai upaya dilakukan antara lain dengan
menciptakan infrastuktur sebagai dasar kualitas, yaitu aspek manusia, proses,
dan fasilitas. Upaya perbaikan dilakukan dengan mengririmkan tim khusus ke luar
negeri untuk mempelajari pendekatan-pendekatan yang dilakukan perusahaan asing
dan mengundang dosen-dosen asing datang ke Jepang untuk memberikan kursus
pelatihan kepada para manager . hasil dari semua upaya tadi adalah banyak
ditemukannya strategi-strategi baru untuk menciptakan revolusi dalam kualitas.
Sejak pertengahan tahun 70-an barang
barang manufaktur Jepang, seperti mobil dan produk-produk elektronika mulai
mendominasi perdagangan dunia karena kualitas yang dihasilkan sudah melmpaui
kualitas yang dihasilkan pesaingnya dari Amerika dan Eropa. Begitu pula dalam
beberapa industri kunci, misal mesin industri, baja otomotif, industri Barat mulai tergeser. Aspek perhatian atau
penekanan Amerika sejak Perang Dunia II, yakni pada aspek kuantitas dan kurang
memperhatikan aspek kualitas menjadi penyebab kegagalan bersaing dengan
perusahaan Jepang.
Sejarah
pengembangan dari konsep di atas dan tokoh-tokoh TQM dapat disebutkan di bawah
ini.
1. Pada tahun 1946-1950 adalah periode
perintisan atau periode penelitian dan penelaahan (Research and Study). Pada
periode ini yaitu pada bulan Juli 1950, Dr. W. E. Deming menyampaikan seminar
delapan hari mengenai kualitas pada para ilmuwan, insinyur dan para eksekutif
perusahaan Jepang.
2. Tahun 1951-1954 adalah periode pengendalian
mutu statistic (Statistical Quality Qontrol). Pada bulan Juli 1954 diadakan
seminar tentang manajemen pengendalian mutu (Quality Qontrol Management
Seminar) dengan pembicara Dr. J. M. Juran.
3. Tahun 1955-1960 adalah periode
pengendalian mutu secara sistematik. Kelompok belajar pengendalian mutu
(Quality Qontrol Study Group) memperkenalkan pengendalian mutu menyeluruh dalam
perusahaan (Company Wide Quality Control atau CWQC).
4. Tahun 1961 sampai sekarang dikatakan
sebagai periode pemantapan dan pengembangan (New Quality Creation). Pada tahun
1962, Prof. Dr. Khairu Ishikawa memperkenalkan Gugus Kendali Mutu (Quality
Control Circle).
LANDASAN DAN AKAR TQM
Landasan
dari TQM adalah statistical process control yang diperkenalkan oleh Edwards
Deming dan Joseph Juran untuk membantu memulihkan industri Jepang yang hancur
akibat Perang Dunia II. Model yang dikembangkan pertamakali adalah manajemen
manufactur, yang selanjutnya mengalami evolusi dan mengalami divertivikasi
untuk aplikasi di bidang manufactur, industri jasa, kesehatan, dan juga bidang
pendidikan. Perkembangan TQM juga tidak terlepas dari kontribusi bidang
manajemen dan efektivitas organsasi dalam membangun TQM. Kontribusi bidang
tersebut merupakan satu dimensi tersendiri yang disebut akar TQM. Akar TQM
antara lain sebagai berikut.
1. Scientific Management (Manajemen Ilmiah). Manajemen
ilmiah digunakan untuk mencari cara yang terbaik untuk melakukan pekerjaan
melalui time and motion study dan proses produksi secara ban berjalan. TQM
memperluas konsep ke dalam lingkup seluruh sistem.
2. Group Dynamics. Kelompok-kelompok
kerja dimaksudkan untuk mengembangkan teknik pemecahan persoalan.
3. Pelatihan. TQM menempatkan program
pelatihan pada prioritas utama di tiap tingkat organisasi. Pimpinan puncak
belajar merumuskan visi, mendelegasikan wewenang, dan melatih bawahan. Bawahan
harus belajar memecahkan persoalan yang timbul dalam pekerjaanya.
4. Achievement Motivationv *(Motivsi
Berprestasi). Karakteristik manusia adalah selalu mempunyai motivasi, potensi,
dan kapasitas untuk bertanggung jawab terhadap organisasi. Yang menjadi
persoalan adalah bagaimana peran manajemen untuk merealisasikan karakteristik
tersebut. Dalam TQM manajer harus percaya pada bawahannnya guna melakukan
pekerjaan menuju kualitas.
5. Pelibatan karyawan. TQM memberi
peluang kepada para karyawan untuk ikut terlibat dalam proses pemecahan
masalah.
6. Sociotechnical Sistem (Sistem
Sosioteknikal). Organisasi dipandang sebagai sistem yang terbuka, organisasi
mengambil sumber daya dari lingkungannya, mengolahnya dan menyampaikan hasilnya
kepada lingkungannya. TQM memperhatikan dimensi sistem organisasi secara
ekspisit. TQM memusatkan perhatian pada interface anatar unsur-unsur yang
saling mempengaruhi.
7. Pengembangan organisasi (Organization Development). Hal ini merupkan
turunan dari group dynamics yang bertujuan melatih seluruh organisasi (tidak
hanya satu kelompuk) agar lebih produktif. Organisasi akan lebih efektif
belajar dari pengalaman dan melakukan perubahan apabila anggotnya dilibatkan
dalam proses pengumpulan data dan proses pengambilan keputusan. TQM menambahkan dua unsur, yaitu titik berat pada
kualitas dan menurut hasil dapat diukur.
8. Budaya Perusahaan adalah pola
nilai-nilai dan keyakinan dan harapan yang tertanam dan berkembang pada diri
anggota organisasi mengenai perkerjannya. TQM mengembangkan konsep
tersebut di mana budaya perusahaan
terdiri dari dua komponen dasar, yaitu keyakinan dan nilai-nilai (values)
9. Teori kepemimpinan baru. Menurut
teori baru, pemimpin dituntut untuk memetakan pandangannya kedepan (vision),
manajer dituntut untuk merealisasikan visi tersebut. Memimpin berarti
menciptakan dinamika organisasi yang kondusif agar para anggota mau dan
komitmen terhadap tujuan organisasi. Melakukan majaemen berarti
menata,mengarahkan serta megendalikan para anggota secara sistematis agar
tujutan organisasi tercapai. TQM mendasarkan pada teori kepemimpinan tersebut
di mana pimpinan harus mempunyai strategic vision yang baik.
10. Perencanaan strategis. Perencanaan
strategis adalah suatu proses di mana pimpinan puncak organisasi menggambarkan
masa depan organisasi tersebut dan
mengembangkan prosedur yang diperlukan beserta pegoperasiannya. TQM berpendapat bahwa data
yang penting untuk perencanaan harus berasal dari yang dekat dengan konsumen
dan daya ini sebagai pertimbangan perencanaan yang berorientasi pada pelanggan.
MANFAAT TQM
Salah satu cara terbaik dalam persaingan
global adalah dengan menghasilkan suatu produk barang/jasa dengan kualitas
terbaik. Kualitas terbaik akan diperoleh dengan melakukan upaya perbaikan
secara terus menerus terhadap kemampuan manusia, proses, lingkungan. Penerapan
TQM adalah hal yang sangat tepat agar dapat memeperbaiki kemampuan unsur-unsur
tersebut secara berkesinambungan. Penerapan TQM dapat memberikan beberapa
manfaat utama sebagai berikut.
1. Dengan perbaikan kualitas
berkesinambungan, perusahaan akan dapat memperbaiki posisi persaingan. Dengan
posisi yang lebih baik akan meningkatkan pangsa pasar dan jaminan harga yang
lebih tinggi. Hal ini akan memberikan penghasilan lebih tinggi dan secara
otomatis laba yang diperoleh semakin meningkat.
2. Upaya perbaikan kualitas akan
menghasilkan peningkatan keluaran (out put) yang bebas dari kerusakan atau
mengurangi produk yang cacat. Berkurangnya produk yang cacat berarti berkurang
pula biaya operasi yang dikeluarkan perusahaan sehingga akan diperoleh laba
yang semakin besar.
Manfaat TQM tersebut dapat
diilustrasikan seperti
PRINSIP DAN UNSUR TQM
Prinsip utama dalam TQM adalah
sebagai berikut
1. Kepuasan pelanggan. Pelanggan dalam
hal ini yang menentukan kualitas. Kebutuhaan pelanggan diusahakan untuk
dipuaskan dalam segala aspek, seperti harga, keamanan, ketetapan waktu, dan
sebagainya.
2. Respek terhadap orang. Keikutsertaan
direksi sampai para pelaksana tingkat awal sangat diperlukan. Partisipasi
seluruh karyawan dapat diwujudkan dalam bentuk diskusi pemecahan masalah pada
masing-masing kelompok kerja. Dengan demikian, karyawan merupakan sumber daya
organisasi yang paling berharga.
3. Manajemen. Berdasar fakta. Orientasi
perusahaan harus berdasar fakta. Setiap keputusan yang diambil selalu
didasarkan pada data bukan pada perasaan (feeling) Ada dua konsep berkaitan
dengan hal ini. Pertama adalah prioritasisasi, yaitu suatu konsp bahwa
perbaikan tidak dapat dilakukan pada semua aspek secara bersamaan. Yang kedua
adalah variasi atau variabilitas kinerja manusia.
4. Perbaikan berkesinambungan. Dalam
melaksanakan perbaikan berkelanjutan, perlu dilakukan secara sistematis, yaitu
menganut konsep PDCA (plan- do –chek- act, yang terdidri dari tahap perencanaan,
pelaksanaan, pemerikasaan, dan tindakan koreksi terhadap hasil yang diperoleh.
Sedangkan unsur utama
dalam TQM adalah sebagai berikut
1. Pelanggan. Pelanggan internal maupun
pelanggan eksternal menjadi titik perhatian utama. Pelanggan eksternal menentukan
kulalitas produk dan jasa,pelanggan internal menentukan kualitas manusia proses
dan lingkungan.
2. Obsesi terhadap kualitas. Organisasi
harus terobsesi untuk memenuhi standar kualitas ytang sudah ditetapkan dan jika
mungkin melebihi apa yang ditentukan.
3. Pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah
diperlukan untuk mendesain pekerjaan, proses pengambiklan keputusan, dan
pemecahan masalah.
4. Komitmen jangka panjang. Sangat
diperlukan guna mengadakan perubahan budaya baru agar penerapan TQM berhasil.
5. Kerja sama tim (teamwork)
6. Perbaikan sisstem berkelanjutan
7. Pendidikan dan pelatihan
8. Kebebasan yang terkendali
9. Kesatuan tujuan
10. Keterlibatan dan pemberdayaan
karyawan.
FAKTOR PENGHAMBAT TQM
Kesalahan
yang secara umum dilakukan pada saat dilakukan perbaikan kualitas dan sering
menimbulkan kegagalan TQM, antara lain sebagai berikut.
1. Kepemimpinan dan pendelegasian yang
tidak baik. Pihak manajer harus terlibat dalam pelaksanaan perbaikan kualitas.
Peluang terjadinya kegagalan sangat besar bila tanggung jawabnya didelegasikan
kepada pihak lain.
2. Kerjasama tim yang kurang serasi.
Baik penyelia (pelatih) maupun karyawan harus memahami perannya masing-masing. Selain itu harus ada
perubahan budaya agar kerjasama tim dapat berhasil.
3. Proses penyebarluasan pendekatan yang
terbatas. Tidak ada satu pun pendekatan yang cocok untuk segala situasi.
Organisasi harus menyesuaikan progam-program kualitas dengan kebutuhan mereka.
4. Harapan yang terlalu berlebihan dan
tidak realistis. Membutuhkan waktu yang lama untuk melatih, mendidik, dan
membuat karyawan sadar akan pentingnya kualitas.
Sebenarya masih banyak kesalahan yang
lain yang dilakukan dalam kaitannya dengan penerapan TQM. Yang perlu
diperhatikan adalah sebelum mencoba menerapkan, suatu perusahaan harus paham
benar tentang konsep TQM.
KONSEP MENGENAI PELANGGAN
Prioritas
utama dalam organisasi / perusahaan TQM adalah kepuasan pelanggan, maka
perusahaan harus berorientasi pada segala sesuatu yang dipersyaratkan oleh
pelanggan. Kelangsungan organisasi/perusahaan sangat tergantung pada pelanggan.
Perusahaan wajib mengatahui kebutuhanya, karena mereka adalah orang yang
menggunakan hasil produk suatu perusahaan dan merekalah yang dapat menentukan
kualitas.
Dalam
konsep tradisional pelanggan adalah orang yang membeli dan memakai produk suatu
organisasi atau perusahaan. Pelanggan adalah orang yang berinteraksi dengan perusahaan setelah proses
mengahasilakn produk. Sedangkan pihak-pihak yang berinteraksi dengan
peruysahaan sebelum proses menghasilakan produk dipandang sebagai pemasok.
Dalam
pendekatan TQM, pelanggan berada di dalam dan di luar organisasi. Pihak-pihak
yang membeli dan menggunakan produk perusahaan disebut pelanggan eksternal.
Sedang pihak-pihak di luar perusahaan yang menjual bahan baku/bahan mentah,
informasi atau jasa kepada perusahaan tersebut disebut pemasok eksternal. Di
dalam organisasi itu sendiri terdapat pelanggan dan pemasok internal. Misalnya
suatu perusahaan konveksi, seorang karyawan A mempunyai tugas untuk membuat
pola baju, yang kemudian hasilya diserahkan kepada karyawan B yang melakukan
pekerjaan pemotongan kain. Karyawan A disebut pemasok internal bagi karyawan B,
dan karyawan B sendiri sebagai pelanggan internal dari karyawan A. lebih jelas
mengenai pelanggan internal dan pemasok internal dapat dilihat pada gambar.
a. Kepuasan pelanggan
Kepuasasn pelanggan dapat
diartikan sebagai perbedaan antara harapan dan kinerja atau hasil yang
dirasakan. Kepuasan pelanggan akan tercipta jika pelanggan merasakan output
atau hasil pekerjaan sesuai dengan harapan, atau bahkan melebihi harapan
pelanggan. Semua usaha manajemen dalam , pada dasarnya mempunyai suatu tujuan,
yaitu untuk memuaskan pelanggan. Kepuasan pelanggan sangat diharapkan oleh
perusahaan karena akan memberi manfaat, antara lain terjalinnya hubungan yang
erat antara perusahaan dengan pelanggan sehingga memberi peluang untuk
pembelian ulang. Dengan kepuasan pelanggan, reputasi perusahaan menjadi baik
dan dapat membentuk opini publik yang menguntukan perusahaan akan semakin
besar.
Disebutkan di atas bahwa pelanggan adalah mereka yang dapat
menentukan kualitas. Untuk mengetahui apakah produk yang dihaslikan suatu
perusahaan dapat sesuai dengan kualitas yang diharapkan pelanggan, perlu
dilakukan pemantauan dan pengukuran terhadap kepuasan pelanggan. Terdapat
beberapa metode atau cara untuk melakukan pemantauan atau pengukuran terhadap
kepuasan pelanggan, antara lain sebagai berikut :
1. Kotak saran. Memberi kesempatan bagi
pelanggan untuk menyampaikan keluhan-keluhan dan saran-saran untuk perkembangan
dan kemajuan perusahaan. Dalam hal ini perusahaan dapat menyediakan kotak
saran, kartu komentar, dan sebagainya.
2. Mempekerjakan orang yang berperan
sebagai pembeli potensial (ghost shopping). Dari sisni diperoleh temuan-temuan
mengenai kekuatan dan kelamahan produk perusahaan dan pesaingnya.
3. Analisis terhadap pelanggan yang
berhenti membeli. Meningkatnya pelanggan yang
berhenti membeli atau pindah pemasok (customer loss rae) menunjukkan
kegagalan perusahaan dalam memberi kepuasan bagi pelanggan.
4. Survey kepuasan pelanggan. Dengan
melakukan riset penelitian, penyebaran kuosioner, wawancara langsung untuk
untuk mendapatkan umpan balik dari pelanggan tentang produk perusahaan.
b. Indentifikasi kebutuhan pelanggan
berbeda dengan pendekatan
tradisional, dalam pendekatan TQM pelanggan dilibatkan dalam proses
pengembangan produk. Kebutuhan pelanggan, dalam pendekatan TQM
diidentifikasikan dengan jelas. Iuntuk mengidentifikasikan kebutuhan pelanggan
diperlukan komunikasi yang baik dan senantiasa kerbutuhan pelanggan tersebut
dipantau terus menerus. Kebutuhan pelanggan (pelanggan eksternal) akan selalu
berubah dari waktu ke waktu. Bila perubahan tersebut tidak terantisipasi dengan
baik, maka perusahaan akan kalah bersaing dengan perusahaan lainnya. Begitu
pula dalam mengidentifikasikan kebutuhan internal di lingkungan perusahaan
diperlukan komunikasi antar karyawan yang saling terkait baik individu maupun
sebagai unit. Dengan demikian, komunikasi mencakup pelanggan internal dan
pelanggan eksternal.
Tujuan perusahaan melibatkan pelanggan dalam proses
pengembangan produk adalah bukan hanya sekedar memenuhi harapan pelanggan namun
lebih dari itu memberi kepuasan melebihi dari yang mereka harapkan. Informasi
mengenai kebutuhan dan keinginan pelanggan atas produk yang dihasilkan
perusahaan, pemahaman tentang perilaku konsumen harus dikumpulkan dan
teridentifikasi dengan jelas. Untuk mengidentifikasi kebutuhan pelanggan perlu
diperhatikan langkah-langkah sebagai berikut.
a. Memperkirakan hasil
b. Mengumpulkan informasi
c. Menganalisis hasil
d. Memeriksa kesalahan (validitas)
e. Mengambil tindakan
QUALITY FUNCTION DEVELOYMENT (QFD)
Quality
Function Develoyment (QFD) merupakan suatu metode perencanaan dan pengembangan
produk terstruktur, yang memungkinkan tim pengembangan produk untuk menentukan
secara jelas keinginan dan kebutuhan
konsumen dan kemudian melakukan evaluasi secara sistematis tentang kemampuannya
dalam menghasilkan produk untuk memuaskan konsumen. Tujuan dikembangkannya
konsep QFD adalah untuk menjamin bahwa produk yang telah dihasilkan perusahaan
memberikan kepuasan bagi pelanggan, dengan jalan memperbaiki tingkat kualitas
dan kesesuaian maksimal pada setiap tahap pengembangan produk. Karena pada
dasarnya suatu produk yang telah dihasilkan dengan sempurna bukan berarti telah
memberikan kepuasan bagi pelanggan. Hal terpenting adalah apakah pelanggan
tersebut membutuhkan produk sesuai dengan keinginannya.
Manfaat
dari Quality Function Develoyment antara lain sebagai berikut.
a. Focus pada pelanggan. QFD memerlukan
masukan dan umpan balik dari pelanggan. Informasi berupa masukan dan umpan
balik tersebut merupakan persyaratan pelanggan yang spesifik. Dari informasi
ini data diketahui seberapa jauh perusahaan telah memenuhi kebutuhan
pesaingnya, begitu pula informasi mengenai perusahaan pesaingnya.
b. Efisiensi waktu. Dengan telah
teridentifikasi persyaratan pelanggan QFD dapat mengurangi waktu dalam
pengembangan produk.
c. Berorientasi teamwork (kerja sama
tim). Karena keputusan dalam proses berdasarkan consensus dan melalui diskusi,
maka setiap individu memahami posisinya di dalam tim. Hal itu dapat memperkokoh
kerja sama tim.
d. Berorientasi pada dokumentasi.
Dokumen mengenai semua data yang berhubungan dengan segala proses dan
perbandingan persyaratan pelanggan merupakan hasil dari proses QFD. Dokumen
dapat berubah setiap ada informasi baru.
Informasi
dari pelanggan merupakan unsur paling penting
dalam Quality Function Develoyment, dan dikelompokkan menjadi dua
kategori yaitu masukan dan umpan balik.
1. Masukan. Pengumpulan masukan dari
pelanggan diperoleh sebelum produk akhir disebarluaskan. Masukan yang diterima
selama pengembangan produk memberikan kemungkinan perusahaan membuat perubahan
sebelum memproduksi, memasarkan dan mendistribusikan dalam jumlah besar.
2. Umpan balik. Umpan balik diperoleh
setelah suatu produk dikembangkan, diproduksi dan ditentukan harganya, berguna
untuk memperbaiki produk bila akan diproduksi lagi.
Dalam proses QFD digunakan suatu
matriks yang berbentuk rumah dan dinamakan rumah kualitas atau House of Quality
dan apat dilihat gambar di bawah ini.
Keterangan
A. Merupakan data keinginan dan harapan
konsumen
B. Matriks perencanaan produk
berdasarkan hasil riset pasar dan perencanaan strategi.
C. Respon teknik, berisi deskripsi
teknis dari matriks A.
D. Hubungan (relationship), berisi
penilaian tim tentang hubungan antara pengaruh respon teknis terhadap
identifikasi kebutuhan pelanggan.
E. Matriks korelasi teknis, berisi
penilaian tim tentang hubungan implementasi antarelemen pada respon teknis.
F. Matriks teknis, berisi prioritas respon teknis, perbandingan
performance teknis, target teknis.
PEMBERDAYAAN KARYAWAN
Masalah ketenagakerjaan yang sering terlupakan oleh
manajemen adalah pemberdayaan karyawan. Sebagian kalangan pengusaha
berpandangan bahwa setelah memperoleh tenaga kerja dengan tingkat pendidikan
danketerampilan memadai, kemudian melakukan pelatihan dan memberi upah/ gaji
yang layak secara otomatis akan diperoleh hasil yang memuaskan. Ternyata
pandangan demikian tidak benar. Tidak selamanya seseorang yang digaji dengan
cukup tinggi akan puas dengan pekerjaaanya. Banyak sekali faktor yang
menyebabkan karyawan merasa puas dan senang bekerja pada suatu organisasi.
Sangat penting kiranya manajemen mengetahui dan meyesuaikan antara keinginan
karyawan dengan tujuan perusahaan. Salah satu
keinginan karyawan dalam suatu organisasi adalah dilibatkan dan
diberdayakannya mereka pada semua tingkat organisasi dalam proses pemecahan
masalah.
Pemberdayaan
dapat diartikan sebagai pelibatan karyawan dalam suatu proses pembuatan
keputusan dan pemecahan masalah. Pemberdayaan tidak sekedar memberi
masukan-masukan atau umpan balik tetapi juga dilibatkan dalam mempertimbangkan
dan menindaklanjuti masukan tersebut. TQM sendiri merupakan konsep pelibatan
dan pemberdayaan karyawan. Berbeda dengan manajemen partisipatif di mana
manajer hanya meminta bantuan karyawan berupa masukan-masukan yang akan
dipergunakan dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah, pemberdayaan
karyawan mengarahkan para karyawan membantu dirinya sendiri, sesama rekan
karyawan dan perusahaan. Dengan pemberdayaan karyawan para karyawan merasa
dihargai dan diperlukan bukan sebagai robot atau mesin, melainkan sebagai
manusia yang mempunyai akal pikiran dan kempuan untuk bekerja dengan baik.
a. Metode pemberdayaan karyawan
Beberapa metode dalam
pemberdayaan karyawan akan diuraikan sebagai berikut ini.
1. Brainstorming. pada metode ini,
setiap ide dari peserta dianggap sahih dan peserta lain tidak diperkenankan
memberi komentar, hanya dicatat saja ide dan saran yang diajukan. Ide dan saran
dikumpulkan dan dievaluasi untuk kemudian dipilih beberapa saran yang dianggap
sesuai.
2. Nominal group technique. Hal ini
merupakan salah satu bentuk brainstorming terdiri dari lima tahap, yakni :
a. Membuat perumusan masalah
b. Mencatat ide masing-masing
c. Mencatat ide kelompok
d. Memperjelas ide-ide
e. Masing masing kelompok memilih ide
yang dianggap sesuai
3. Gugus kualitas. Gugus kualitas adalah
kelompok karyawan yang melakukan pertemuan secara teratur, sebelum, selama, dan
setelah sesuatu perubahan untuk berdiskusi tentang pekerjaan, mengantisipasi masalah,
menawarkan konsep perbaikan lingkungan kerja, dan menetapkan tujuan serta
melakukan perencanaan.
4. Kotak saran. Ide-ide dan saran bisa
melalui kotak saran yang diletakkan di tempat-tempat yang strategis dan mudah
didatangi karyawan.
5. Management by walking around.
Mengumpulkan msukan-masukan dengan cara mendatangi langsung karyawan ditempat
karyawan bekerja dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana para karyawan
memahami pekerjaannya dan untuk mengetahui hambatan yang terjadi di lapangan.
b. Faktor penghambat pemberdayaan
karyawan
Faktor penghambat pemberdayaan
karyawan datang dari karyawan itu sendiri, serikat pekerja dan terutama datang
dari manajemen.
a. Hambatan dari manajemen. Alasan
manajer menghambat pemberdayaan karyawan antara lain dengan pemberdayaan
karyawan, manajer merasa kekuasaannya akan berkurang. Manajer memandang
lingkungan kerja (para karyawan) dari perspektif kita melawan mereka. Dengan
demikian, inisiatif para karyawan dipandang akan mengurangi kekuasaannya.
Selain itu masih banyak manajer yang memiliki pemikiran dogmatis dan mempunyai apa yang berlebihan.
Dengan demikian, manajer menganggap karyawan tidak mempunyai hak sama sekali
dalam proses pembuatan keputusan.
Para manajer yang mendapat pendidikan
dan pelatihan manajemen modern juga sering kali menghambat dalam pemberdayaan
karyawan. Pedidikan dan pelatihan manajemen modern dari F. Taylor, lebih
menekankan pada prisip-prinsip ilmiah dalam perbaikan proses dan teknologi dan
kurang memperhatikan perbaikan yang berorientasi pada manusia. Sebenarnya
banyak prinsip-prinsip yang dikembangkan Taylor dalam perbaikan lingkungan
kerja diterapkan dalam TQM, hanya bedanya pendukung TQM melibatkan karyawan
dalam penerapan metode-metode ilmiah.
b. Hambatan dari karyawan dan serikat
pekerja. Seringnya berubah strategi manajemen dan tidak suksesnya strategi
tersebut dapat membuat para karyawan skeptis dan acuh terhadap perubahan. Hal
ini bisa terjadi karena para karyawan sebelumnya telah mengalami berbagai
strategi manajemen yang silih berganti dan merasa tidak memberi manfaat bagi
mereka. Selain dari karyawan, serikat pekerja juga sering menjadi sumber
hambatan dalam pemberdayaan karyawan. Bila pemberdayaan karyawan justru akan
mengurangi arti pentingnya organisasi serikat pekerja (kepentingan pengurus serikat
pekerja), maka mereka akan menolak pemberdayaan karyawan.
c. Penghargaan prestasi kerja
Pengahrgaan
terhadap prestasi kerja sebagi alat
motivasi bagi karyawan untuk meningkatkan kinerja seringkali diabaikan. Pada
dasarnya manusia sering menerima pengakuan tehadap pekerjaan yang diselesaikan
dengan baik. Bila seorang karyawan mempunyai prestasi kerja yang baik tidak
pernah diberi komentar sedidkit pun, sedang bila karyawan tersebut bekerja
sedikit kurang berkenan ditegur berkali-kali, maka akan dapat memberi pengaruh
yang kurang baik bagi kinerja karyawan pada masa-masa yang akan datang.
Motivasi kerja karyawan tersebut sendirinya akan berkurang.
Didalam model TQM, manajemen akan memperlihatkan pengakuan
terhadap kontribusi individual terhadap perusahaan melalui tekad untuk mengubah
praktik dan cara tradisional. Bagi karyawan ucapan terima kasih sudah cukup
sebagai bukti pengakuan terhadap hasil kerjanya. Di dalam TQM, manajemen
mendorong suatu sikap saling hormat antara dirinya dengan keseluruhan tenaga
kerja, baik sebagai individu maupun kelompok.
Antara penghargaan dan pengakuan sebenarnya mempunyai
perbedaan. Penghargaan biasanya dalam bentuk uang atau barang yang dapat
dinilai dengan uang, misalnya bonus, uang, liburan, dan sebagainya. Sedangkan
pengakuan biasanya dalam bentuk non moneter, seperti ucapan terima kasih,
piagam, medali dan sebagainya.
c. Pengembangan karyawan
Tujuan
pengembangan karyawan adalah untuk memperbaiki efektifitas kerja karyawan dalam
mencapai hasil kerja yang telah ditetapkan. Perbaikan efektifitas kerja dapat
dilakukan dengan cara memperbaiki pengetahuan karyawan, keterampilan karyawan
atau sikap karyawan terhadap tugas-tugasnya. Pengetahuan karyawan akan
pelaksanan tugas maupun pengetahuan … yang memperngaruhi pelaksanaan tugas
sangat menentukan berhasil tidaknya pelaksanaan tugas. Karyawan yang kurang
memiliki pengetahuan yang cukup tetang bidang kerjanya akan … tersendat-sendat.
Istilah
pengembangan karyawan mencakup pengertian …
dan pendidikan, yaitu sarana peningkatan keterampilan … pengetahuan umum
bagi karyawan. Banyak yang memberi batasan berbeda antara arti pelatihan dan
pendidikan. Arti pelatihan adalah suatu
kegiatan untuk memperbaiki kemampuan diri seseorang. Pelatihan membantu
karyawan dalam memakai… pengetahuan praktis. Sedangkan arti pendidikan ialah
suatu kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan teori dan keterampilan.
Pendidikan lebih ebersifat filosofis dan teoritis.
Diadakannya
pelatihan disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain adalah kualitas angkatan
kerja yang ada masih memerlukan adaptasi dengan pekerjaannya. Tenaga kerja yang
terdidik dan terlatih sangat dibutuhkan
perusahaan agar perusahaan tersebut mampu menghasilkan produk yang lebih baik
sehingga mampu bersaing dalam pasar global.
d. Berbagai metode latihan operasional
Secara umum bentuk/metode latihan
karyawan-karyawan operasional bisa dikelompokkan menjadi 4 macam, yakni sebagai
berikut.
1. On the job training. Para karyawan
mendapat pelatihan dari atasan langsung mereka. Sistem ini menghemat biaya,
tetapi keberhasilan tergantung dari kemampuan atasan langsung tersebut.
2. Vestibule school. Pelatihan dalam
metode ini adalah pelatih-pelatih khusus, dengan alasan untuk tidak menambah
beban pekerjaan atasan langsung. Salah satu bentuk sistem latihan ini adalah
simulasi seperti latihan untuk para calon penerbang.
3. Apprenticeship (magang). Bisa
dipergunakan untuk pekerjaan-pekerjaaan yang membutuhkan keterampilan (skill)
yang relatif tinggi.
4. Kursus-kursus khusus. Kursus-kursus
merupakan bentuk pengembangan karyawan yang lebih mirip pendidikan daripada
latihan dan diadakan untuk memenuhi minat karyawan, dalam bidang tertentu
(diluar bidang pekerjaan, seperti bahasa asing, komputer, dan sebagainya.
KEPEMIMPINAN
Antara
istilah pemimpin dan manajer ada perbedaan. Kepemimpinan adalah konsep yang
sempit dari pada manajemen. Manajer dalam organisasi formal bertanggungjawab
dan dipercaya untuk melaksanakan fungsi-fungsi seperti merencanakan,
mengorganisasi, dan mengendalikan. Di dalam organisasi formal, seorang manajer
yang diberi hak-hak tertentu secara formal belum tentu dapat menjadi seorang
pemimpin yang efektif, tetapi kemampuan
di dalam mempengaruhi orang lain yang diperoleh dari luar struktur
formal bisa lebih penting daripada pengaruh formal. Dengan demikian, seorang
pemimpin dapat muncul secara informal dari suatu kelompok dan dapat pula
ditunjuk secara formal.
Definisi
kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi motivasi atau kompetensi
individu-individu lainnya dalam suatu kelompok. Lebih lanjut dikemukakan,
kepemimpinan sebagai suatu uasaha untuk mempengaruhi orang perorangan
(interpersonal) lewat proses komunikasi untuk mencapai sesuatu atau beberapa
tujuan. Definisi ini mengandung arti bahwa kepemimpinan mencakup penggunaan
pengaruh untuk memotivasi orang lain melakukan seperti yang telah ditentukan.
Yang kedua adalah dalam mempengaruhi perilaku dan hasil kerja para pengikut
diperlukan komunikasi yang jelas dan teliti. Unsur lain dari definisi di atas
adalah memusatkan perhatian pada pencapaian tujuan. Pengertian-pengertian
kepemimpinan di atas sebenarnya mempunyai konsep dasar yang berkaitan dengan
penerapan dalam TQM. Konsep dasarnya adalah membangkitkan semangat atau
motivasi kerja dan memiliki tanggung jawab terhadap usaha untuk mencapai bahkan
melampaui tujuan organisasi.
A.
Gaya kepemimpinan
Gaya kepemimpinan dapat
didefinisikan sebagai pola tingkah laku yang dirancang utnuk mengintegrasikan
tujuan organisasi dengan tujuan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Setiap
pemimpin bisa mempunyai gaya kepemimpinan yang berbeda antara satu dengan yang
lain, dan tidak selalu suatu gaya kepemimpinan lebih baik atau lebih jelek dari pada gaya kepemimpinan lainnya. Gaya
kepemimpinan dapat dibedakan menjadi 3, yakni sebagai berikut.
1. Kepemimpinan otokratis. Pemimpin yang
otokratik menganggap semua kewajiban untuk mengambil keputusan, menjalankan
tidakan, mengarahkan dan memberi motivasi serta mengawasi bawahannya terpusat
ditangannya. Kepemimpinan yang demikian tidak akan efektif dan tidak sesuai
lagi dalam lingkungan TQM.
2. Kepemimpinan partisipatif.
Kepemimpinan partisipatif bersifat terbuka. Pemimpin dengan gaya kepemimpinan
partisipatif senantiasa mencari berbagai pendapat dan pemikiran dari para
bawahan mengenai keputusan yang akan diambil. Para bawahan senantiasa didorong
untuk dapat belajar memecahkan masalah sehingga kamampuan berpikir para bawahan
semakin meningkat.
3. The free reinleader. Pemimpin tidak
akan membuat peraturan-peraturan tentang pelaksanaan dengan terperinci.
Tujuannya agar bawahan merasa dituntut untuk memiliki kemampuan/ keahlian yang
tinggi. Untuk organisasi yang mengadalkan professional tinggi kepemimpinan
dengan gaya ini dapat diterapkan, tetapi untuk organisasi dengan struktur
organisai yang panjang dengan jumlah tenaga kerja yang banyak dengan tingkat
pendidikan berbeda-beda, kepemimpinan dengan gaya ini tidak sesuai lagi.
Dalam konteks TQM, gaya
kepemimpinan partisipatif adalah yang mendekati kesesuaian. Yang membedakan
dengan gaya kepemimpinan partisipatif pandangan tradisional dengan padangan TQM
terletak pada pemberdayaan karyawan.
B.
Kerja sama tim
Keikutsertaaan dan
keterlibatan serta dukungan positif dari seluruh karyawan dan semua pihak yang
berkepentingan sangat diharapkan untuk melakukan peningkatan mutu. Konsep total
sistem memperhatikan pentingnya interaksi dan interpendensi dalam setiap unsur
yang berkepentingan untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan. Dibentuknya
sebuah tim didasari pemikiran bahwa dalam pemecahan persoalan akan lebih baik
dari seorang. Melakukan pekerjaan sendiri belum tentu mampu melihat di mana
dalam bentuk apa persoalan yang sebenarnya akan dipecahkan. Untuk merumuskan
persoalan yangbermacam-macam dan muncul secara bersamaan akan sulit dilakukan
sendiri. Untuk itu diperlukan bantuan pikiran, pendapat dari kawan sekerja.
C.
Aspek-aspek penghambat kesuksesan
kerja sama tim
1. Sikap manajemen enggan terlibat dan
hanya basa-basi, karena menyangkut otoritasnya yang akan terganggu.
2. Keterbukaan yang semua dari anggota
tim, karena dilandasi sikap tertutup dan sikap tidak enak hati untuk
mengemukakan pendapat, karena dapat menyinggung atau bertentangan dengan orang
lain.
3. Latar belakang anggota tim yang
datang dari berbagai kelompok dengan perilaku yang beragam sehingga membutuhkan
waktu untuk saling mengenal dan bekerja sama.
KONFLIK DALAM PERUSAHAAN
Pada
dasarnya perusahaan terdiri dari sekumpulan orang-orang dan alat-alat produksi.
Orang-orang yang bekerja di dalam perusahaan tersebut mempunyai posisi yang
beragam dan masing-masing mempunyai kepentingan dan keinginan yang berbeda
pula. Seorang pekerja menginginkan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup dari
pekerjaan. Sedang pemilik perusahaan mempunyai kepentingan untuk mengembangkan
perusahaannya. Dalam usahanya untuk mengembangkan perusahaan, yang sering
dilakukan adalah dengan menekan biaya produksi, salah satunya dengan menekan
baiaya tenaga kerja. Di lain pihak, para pekerja atau karyawan mempunyai
keinginan akan gaji yang tinggi. Perbedaan kepentingan inilah yang sering
menjadi sebab terjadinya konflik, dalam kasus ini adalah konflik antara
karyawan dengan manajer. Konflik juga bisa terjadi antar karyawan (individu)
dalam organisasi yang sama, antar individu dengan kelompok dan konflik
antarkelompok dalam organisasi yang sama, bahkan di dalam diri individu itu sendiri
kadang-kadang muncul konflik.
Terdapat
beberapa pandangan yang berbeda dalam menyikapi suatu konflik yang sering
terjadi di suatu perusahaan.
1. Pandangan tradisional. Pengamat
pandangan trdisioanal memendang timbulnya suatu konflik merupakan adanya sesuatu
yang salah dalam organisasi, dan hal itu perlu dibetulkan sehingga fungsi dalam
organisasi bisa terintegrasi dengan baik.
2. Pandangan perilaku. Bagi pengamat
pandangan ini, konflik merupakan suatu peristiwa yang sering terjadi yang
disebabkan anggota-anggota organisasi terdiri
dari berbagai kalangan/ kelompok dan sangat besar kemungkinannya
mempunyai kepentingan yang saling bertentangan. Konflik menurut mereka bisa
bermanfaat bisa pula merugikan. Akan tetapi, pada umumnya mereka berpendapat
bahwa konflik umumnya merugikan.
3. Pandangan interaksi. Konflik dalam
organisasi merupakan hal tak terhindarkan dan bahkan diperlukan. Koflik bukan
hal yang harus ditekan atau dihindarkan, melainkan lebih ditekankan pengelolaan
konflik tersebut. Aspek-aspek yang merugikan diminimalkan, sedang aspek-aspek
yang menguntungkan dimaksimalkan.
A.
Metode-metode untuk menangani konflik
Metode
yang sering digunakan untuk menangani konflik adalah dengan mengurangi atau
menyelesaikan konflik. Di dalam metode pengurangan konflik , salah satu cara
yang dipergunakan adalah dengan mendinginkan persoalan lebih dahulu (cooling
thing down), kemudian mengganti tujuan yang menimbulkan persaingan dengan
tujuan bisa lebih diterima kedua kelompok yang bertentangan, selanjutnya
mempersatukan kedua kelompok yang betentangan.
Metode yang metode yang kedua dalam menyelesaikan konflik
diantanya dengan mendominir atau menekan, berkompromi dan penyelesaian masalah
secara integrative. Dominasi atau penekanan mempunyai pengertian untuk menekan
konflik dengann memaksanya tenggelam ke bawah permukaan dan ciptakan situasi
pemenang dan yang kalah. Penekanan dan dominasi dinyatakan dalam bentuk
pemaksaan sampai dengan pengambilan suara terbanyak. Dalam metode ini
kemungkinan yang terjadi adalah, pihak yang kalah akan menarik diri.
Cara berkompromi adalah menyelesaikan konflik dengan menemukan
dasar di tengah-tengah kedua belah pihak yang beroposisi. Masing-masing pihak
yang berselisih sama-sama bersedia berkorban dan mengadakan kompromi. Cara ini
dipandang lebih memperkecil kemungkinan timbulnya permusuhan yang terpendam.
Hanya saja cara pemecahan ini dari sudut pandang organisasi bukan cara terbaik,
karena hanya menyenangkan kedua belah pihak yang bertentangan.
Cara yang dianggap terbaik dan dilakukan dalam TQM adalah
dengan menyelesaikan persoalan secara integrative. Konflik antar kelompok
diubah menjadi situasi pemecahan persoaalan bersama dengan bantuan
teknik-tekbnik pemecahan masalah. Cara ini sulit dilakukan karena kurangnya
kemauan yang sungguh-sungguh dari pihak-pihak yang berselisih untuk memecahkan
persoalan.
B.
Pengambilan keputusan
Keputusan merupakan sarana atau alat
untuk memecahakan masalah. Keputusan bukanlah suatu tujuan yang ingin
diperoleh, melainkan hanya sarana untuk mencapai tujuan. Dalam konteks TQM,
peran serta sebagian besar anggota organisasi harus diperhatikan. Peran serta
yang menyangkut keputusan akan meningkatkan keterikatan pada organisasi,
kepuasan pekerjaan, pertumbuhan dan pekembangan pribadi dan penerimaan
perubahan. Pengambilan keputusan sendiri mengandung pengertian proses memilih
suatu rangkaian tindakan dari dua atau lebih alternatif. Pengambilan keputusan
tersebut menjadi lebih penting karena kualitas keputusan dapat mempengaruhi peluang karier,
penghargaan dan kepuasan kerja, dan keputusan tersebut memiliki kontribusi
keberhasilan atau kegagalan suatu organisasi.
C.
Proses pengambilan keputusan
Keputusan merupakan
mekanisme keorganisasian terhadap suatu persoalan. Setiap keputusan adalah
hasil dari proses yang dinamis dan dipengaruhi oleh kekuatan yang banyak
sekali. Proses pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan mengikuti
serangkaian langkah-langkah berikut ini.
1. Menetapkan tujuan dan sasarn spesifik
2. Mengindentifikasi persoalan
3. Mengembangkan alternatif-alternatif
4. Evaluasi terhadap masing-masing
altenatif
5. Memilih alternatif terbaik
6. Melaksanakan keputusan
7. Melakukan pengendalian dan evaluasi
Pada dasarnya keputusan mempunyai dua
jenis, yakni sebagi berikut.
1. Keputusan yang diprogram (programmed
decision). Keputusan dapat diprogramkan sejauh keputusan itu menyangkut
masalah-masalah yang rutin dan khusus yang telah dikembangkan prosedur-prosedur
tertentu untuk menanganinya.
2. Keputusan yang tidak diprogram
(nonprogrammewd decision). Keputusan tidak diprogram jika keputusan itu
merupakan hal yang baru dan tidak tersusun (unstructured). Keputusan yang tidak
diprogram tidak mempunyai prosedur yang pasti untuk menangani persoalan, karena
persoalan tidak timbul dengan cara cara yang sama seperti sebelumnya.
D.
Metode pemecahan masalah
Masalah adalah suatu
situasi yang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Dalam lingkungan
manajemen sehari-hari, … pertama bila menghadapi sebuah masalah ialah
mengabaikannya daripada menghadapinya secara langsung. Sudah menjadi .. manusia
untuk tidak mengakui bahwa ia memiliki masalah, karena dengan mengakui ada masalah berarti mengakui kegagalan atau
kelemahan. Tetapi dengan menggunakan pemikiran po… bisa diubah setiap masalah
menjadi peluang berharga untuk menyempurknakan. Ada ungkapan TQM bahwa masalah
adalah kunci harta yang tersembunyi. Yang menjadi pertanyaan adalah berapa
banyak orang yang memiliki keberanian mengakui atau merasa memiliki masalah.
Dalam konteks TQM terdapat dua model pemecahan masalah
sekaligus mengarahkan pada perbaikan berkesianmbungan.
1. Siklus deming terdiri dari 4 komponen
utama yang dikenal dengan siklus PDCA (plan, do, check, action).
a. Plan
b. Do
c. Check
d. Action
2. Metode Perry Johnson mempunyai
karakteristik sebagai berikut.
a. Mengutamakan kerja sama tim dalam
pemecahan masalah
b. Berfokus pada perbaikan
berkesinambungan
c. Memperlakukan masalah sebagai suatu
yang wajar.
E.
Alat-alat pemecahan masalah dalam
pengambilan keputusan
1. Diagram sebab akibat. Diagram ini
sering juga disebut dengan diagram tulang ikan. Diagram ini dipakai untuk
menganalisis ciri khas sebuah proses
atau situasi dan faktor yang menyebabkannya. Untuk menganalisis faktor-faktor
penyebab, pada umumnya dikelompokkan dalam 5 faktor utama, yaitu manusia,
material, metode, mesin dan lingkungan. Contoh diagram sebab akibat dapat
dilihat pada gambar dibawah ini.
2. Check sheet atau formulir pemeriksaan
merupakan lembar pengumpulan data dalam bentuk label yang dibuat utnuk
mempermudah pengumpulan dan penggunaan data. Contohnya adalah sebagai berikut.
3. Diagram pareto. Diagram ini
mengklarifikasi masalah menurut sebab dan gejalanya. Permasalahan yang adalah
dibuat diagram menurut prioritas, dengan menggunakan format grafik batang.
Contoh dari diagram pareto sebagai berikut.
4. Contro chart merupakan grafik garis
dengan pencantuman batas maksimum dan minimum yang merupakan batas daerah
pengendalian. Contro chart digunakan untuk mendeteksi adanya penyimpangan,
tetapi tidak menunjukkan penyebab timbulnya penyimpangan tersebut.
5. Histogram merupakan peta/diagram
menunjukkan harga rata-rata dan derajat penyebaran dari suatu data frekuensi.
Ciontoh histogram adalah sebagai berikut.
6. Stratification adalah suatu upaya
untuk mengurai atau mengklarifikasi persoalan menjadi kelompok atau golongan
sejenis yang lebih kecil, atau menjadi unsur-unsur tunggal dari persoalan.
7. Scatter diagram. Diagram ini disebut
juga diagram sebar, yaitu suatu diagram yang menggambarkan hubungan antara
suatu faktor terhadap faktor lain. Scatter diagram dapat digambarnka sebagai
berikut.
PERBAIKAN BERKESINAMBUNGAN
Salah
satu unsur paling fundamentalis dari TQM adalah perbaikan berkesinambungan,
atau dalam istilah Jepang dikenal dengan nama Kaizen. Pokok strategi Kaizen
adalah menyadari bahwa manajemen harus berusaha untuk memuaskan pelanggan dan
memenuhi kebutuhan pelanggan bila ingin tetap hidup dan memperoleh laba.
Penyempurnaan dalam bidang mutu, biaya, dan penjadualan (untuk memenuhi
kebutuhan akan volume barang dan hasil produksi) sangat penting. Titik awal
perbaikan ialah menyadari akan adanya masalah. Bila tidak menyadari akan adanya
masalah, maka tidak akan menyadari pula adanya kebutuhan akan perbaikan.
Perasaan cepat puas atas apa yang telah tercapai merupakan musuh besar dari
perbaikan ini. Terdapat 5 aktifitas pokok dalam perbaikan berkesinambungn,
yakni sebagai berikut.
1. Komunikasi. Komunikasi berguna untuk
memberi informasi sebelum, selama dan sesudah dilakukannya usaha perbaikan.
Komunikasi terjadi baik di antara anggota dari satu tim, maupun antar tim dalam
suatu perusahaan.
2. Memperbaiki kesalahan yang nyata.
Diperlukan penelitian untuk mengidentifikasi permasalahan dan mengatasinya.
Dalam hal siklus PDCA sangat penting untuk diterapkan.
3. Memandang ke hulu. Aktivitas yang
dilakukan adalah mencari penyebab suatu masalah dengan menggunakan alat yang
dapat memisahkan antara penyebab dan gejala, yaitu diagram sebab akibat.
4. Dokumentasi masalah dan kemajuan.
Dengan dokumentasi masalah dan kemajuan akan memudahkan dalam memecahkan
masalah yang sama pada masa mendatang.
5. Memantau perubahan. Kenerja suatu
proses perlu dilakukan pemantauan untuk memastikan masalah telah dilakukan
perbaikan secsaara tuntas.
A.
Struktur perbaikan kualitas
Langkah-langkah
strukturisasi perbaikan kualitas terdiri atas tiga langkah berikut ini.
1. Membentuk
dewan kualitas. Dewan kualitas bertanggung jawab atas perbaikan berkesinambungan
dengan tugas mengadakan koordinasi dan melembagakan perbaikan kualitas tahunan.
2.Menyusun
pernyataan tanggung jawab dengan kualitas, yang meliputi merumuskan kebijakan,
patok duga, proses, dan sebagainya.
3. Membangun
infrastruktur yang diperlukan guna mendukung usaha perbaikan yang dilakukan.
B.
Proses perbaikan dan pengendalian
Elemen dasar dari proses perbaikan
perbaikan dan pengendalian terdiri dari tahap-tahapo berikut ini.
1. Penetapan standar untuk pengendalian
dan perbaikan.
2. Standar digunakan manajer untuk
mengkomunikasian visi dan mentapkan tujuan yang realistis berdasarkan umpan
balik.
3. Pengukuran.
4. Studi
5. Tindakan
REFERENSI
Hari Purnomo, Pengantar Teknik
Industri, Graha Ilmu 2004, Yogyakarta.
1 komentar:
selain metode quality menegement apa saja yang bisa di gunakan untuk menyelesaikan masalah ini..????
Posting Komentar